REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Empat warga berkebangsaan Prancis (turis) resmi memeluk agama Islam setelah mengucapkan dua kalimat syahadat untuk kedua kalinya di Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda Aceh, sekaligus proses mendapatkan sertifikat.
"Keempat warga dari negara Kota Mode tersebut, masuk islam dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan," kata Kasi Kemakmuran Masjid Raya Baiturrahman Teungku Iskandar HS, di Banda Aceh, pekan lalu.
Teungku Iskandar menyampaikan bahwa keempat warga negara Prancis tersebut sudah lama menetap di Aceh, mereka semua berkeluarga dan juga berteman.
Setelah resmi menjadi muslim, nama keempat mualaf dari negara asing itu juga berganti dengan islam, yakni David Lobre (49) berganti nama menjadi Daud Akbar, Estelle Bennedicte Fonte (42) menjadi Balqis Lobre, kemudian Lilou Lobre (10) berganti nama Farah Lobre, sedangkan Menaut (54) berganti menjadi Mahmud Ahmad.
"Mereka akan memiliki nama yang lebih cocok, dan secara administrasi sedang dalam proses," ujarnya.
Sebagai informasi, empat turis tersebut sebelum tsunami bertandang ke Aceh untuk berselancar, dan telah disyahadatkan dulunya pada Selasa (24/10/2023) oleh Pengelola Pantai Wisata Pantai Aceh Besar T Ayatullah Bani Baet di Pantai Mon Ikeun.
"Sudah disyahadatkan juga di Desa Mon Ikeun, lalu kami bawa ke Masjid Raya Baiturrahman untuk dapat sertifikasi dan disyahadatkan ulang," kata Teungku Iskandar.
Sementara itu, Pengelola Pantai Wisata Aceh Besar, Bani Baet menuturkan bahwa turis asal Prancis itu sudah sering bolak balik ke Aceh sejak tahun 1996 untuk berselancar di kawasan Pantai Babah Kuala. Proses mengenal Islam pun berlangsung selama mereka berwisata.
"Mereka melihat kawasan wisata kita Babah Kuala daerah syariah, kemudian bergaul dengan masyarakat hingga akhirnya tertarik dengan budaya kita. Akhirnya mereka berkeingin masuk Islam," katanya.
Bani Baet juga mengatakan bahwa ini bukan pertama kali turis asing masuk Islam di Desa Mon Ikeun, jumlahnya sudah puluhan orang karena tertarik dengan wisata syariah yang ada di Provinsi Aceh.
"Kawasan wisata kita ini damai, masyarakatnya ramah, sehingga banyak turis yang kemudian menjadi mualaf," demikian Bani Baet.