Ahad 05 Nov 2023 07:39 WIB

Pegiat Seni Kenalkan Cethe di Jakarta Coffee Week 2023

Kompetisi seni cethe digelar setiap beberapa bulan sekali di Tulungagung.

Komunitas pegiat cethe, yaitu seni menghias rokok menggunakan ampas kopi, memperkenalkan seni tersebut di Jakarta Coffee Week 2023.
Foto: Republika/Christiyaningsih
Komunitas pegiat cethe, yaitu seni menghias rokok menggunakan ampas kopi, memperkenalkan seni tersebut di Jakarta Coffee Week 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas pegiat cethe, yaitu seni menghias rokok menggunakan ampas kopi, memperkenalkan seni tersebut di Jakarta Coffee Week 2023. Chete merupakan seni yang berasal dari Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

“Seni ini berasal dari Tulungagung, Jawa Timur, dan seni ini sudah menjadi seperti tradisi, sehingga Tulungagung selain disebut sebagai ‘Kota Marmer’ juga disebut ‘Kota Cethe’,” kata salah satu pegiat, Dany Agus Setiawan kepada Antara di ICE BSD City, Tangerang, Banten, Sabtu (4/11/2023).

Baca Juga

Sebelum digunakan untuk menghias rokok, ampas kopi dikeringkan dengan ditutup tisu selama beberapa saat dan kemudian material tersebut dicampurkan dengan susu kental manis dengan perbandingan 2:1, kata Dany menjelaskan rangkaian cethe. Jika masih terlalu kental, campuran itu dapat ditambahkan susu kental manis lagi atau air agar dapat digunakan dengan mudah untuk menghias rokok menggunakan tusuk gigi.

Dany menuturkan bahwa kompetisi seni cethe digelar setiap beberapa bulan sekali di Tulungagung. Setiap seniman yang berpartisipasi memiliki teknik dan ciri khas masing-masing.

“Jadi, setiap orang punya ciri khas masing-masing, misalnya ada yang suka menggambar motif batik, simetris, atau abstrak,” kata Dany menjelaskan.

Juri kompetisi cethe biasa memiliki beberapa kriteria penilaian, seperti keunikan motif, kerapian hasil karya, serta kebersihan gambar.

Pelukis seni cethe harus memperhatikan racikan ampas kopi yang digunakan sebagai “cat” menggambar karena jika cairan tersebut terlalu basah, pinggiran dari motif yang dibuat lama kelamaan akan berwarna cokelat.

“Kalau racikannya pas, setelah kering ini nanti warnanya bisa bertahan sampai setahun jika disimpan dalam wadah kedap udara,” ucap Dany.

Jika racikan cethe yang dihasilkan tepat, maka motif yang digambar akan tetap berwarna hitam walaupun cairan ampas kopi sudah kering. Oleh karena itu, sebaiknya kopi yang digunakan untuk menghasilkan seni cethe adalah jenis Kopi Ijo khas Tulungagung karena ampasnya yang berwarna hitam pekat.

Menurut Dany, sebagian besar pelaku seni cethe melakukan hal tersebut hanya sebagai hobi, namun, tidak sedikit pula hasil karya mereka yang dijual untuk koleksi.

Cethe di Tulungagung, dikatakan Dany, mirip dengan seni menghias rokok di Rembang, Jawa Tengah, yang disebut nglelet. “Di Rembang juga ada seni yang mirip, namanya nglelet, tapi, kopinya beda jenis. Kalau di sana kopinya lebih coklat,” ujar Dany.

 

 

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement