REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melaksanakan 7th International Da’wah Conference (IDACON) secara hybrid di Hotel Grand Rohan, Kabupaten Bantul, DIY, Kamis (9/11/2023). Kegiatan ini digelar mengusung tema 'Revitalisasi Peran Dakwah untuk Mencegah Polarisasi Masyarakat'.
Dalam kegiatan ini, menekankan pentingnya peran dakwah untuk mencegah polarisasi di masyarakat terutama menjelang Pemilu 2024. Pasalnya, di tahun politik, arus informasi menjadi motor bagi penyebaran informasi palsu dan ujaran kebencian yang dapat menimbulkan polarisasi.
Berkaca dari Pemilu 2019, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Al Makin yang hadir secara daring dalam kegiatan itu mengatakan, bahwa jelas terjadi polarisasi di masyarakat. Selama berjalannya tahapan Pemilu 2019, masyarakat terbagi-bagi dengan menguatnya politik identitas karena adanya polarisasi di masyarakat.
"Pemilu 2019 masyarakat Indonesia terbagi-bagi, kita sangat cemas dengan perkembangan media sosial, haters, hingga hate speech yang menyebar dengan mudahnya di media sosial. Kita juga tahu bahwa di media mainstream juga terjadi polarisasi. Beberapa media mendukung salah satu kandidat, dan media lainnya juga mendukung kandidat lain," kata Al Makin.
Hal tersebut tentu menjadi kekhawatiran dan berpotensi kembali terjadi di Pemilu 2024 mendatang. Dalam rangka mencegah berbagai dampak yang dapat timbul sebagai akibat dari polarisasi masyarakat, penting dilakukannya dakwah.
"Diperlukan dakwah yang dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan umat Islam, ukhuwah wathoniyah atau persaudaraan kebangsaan, dan ukhuwah basyariyah atau persaudaraan umat manusia," tegas Al Makin.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Marhumah mengatakan, kegiatan 7th International Da’wah Conference (IDACON) dilakukan sebagai respons untuk mengantisipasi berbagai dampak yang dapat timbul dari polarisasi di masyarakat.
Menurutnya, tema yang diangkat juga sangat relevan dan krusial dalam lanskap masyarakat saat ini. Dijelaskan, saat ini masyarakat di dunia sedang mengalami tingkat perpecahan dan polarisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan menimbulkan tantangan signifikan terhadap jalinan harmoni dan pemahaman.
"Di masa-masa yang penuh tantangan inilah peran agama, khususnya Islam menawarkan panduan, prinsip-prinsip, dan peta jalan yang mendalam untuk memupuk persatuan dan menyembuhkan keretakan masyarakat," katanya.
Lebih lanjut, Marhumah menuturkan sepanjang sejarah, agama telah berperan sebagai katalisator persatuan, pemahaman, dan perdamaian. Termasuk memberikan kompas moral yang melampaui perbedaan dan mempromosikan toleransi, kasih sayang, dan hidup berdampingan.
"Ajaran Islam khususnya, menawarkan wawasan yang tak ternilai untuk mengatasi dan mendamaikan polarisasi yang mengancam untuk memecah belah komunitas kita," ungkap dia.
Untuk itu, konferensi internasional yang digelar UIN Sunan Kalijaga ini berfungsi sebagai platform untuk pertukaran intelektual, dialog, dan kebijaksanaan bersama. Konferensi tersebut, juga merupakan kesempatan bagi seluruh pihak untuk mengeksplorasi dan merayakan potensi besar ajaran agama, terutama Islam dalam mempromosikan pemahaman, menyembuhkan perpecahan, dan membuka jalan menuju masyarakat yang lebih harmonis.
"Fakultas Dakwah dan Komunikasi di institusi kami yang terhormat selalu berdedikasi untuk memupuk lingkungan pembelajaran, pemikiran kritis, dan diskusi ilmiah. Kami bertujuan untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi pemahaman tentang peran Islam dalam membina persatuan, dan mengelola polarisasi masyarakat," jelas Marhumah.
Ia pun mendorong semua peserta dalam kegiatan tersebut untuk terlibat dengan sepenuh hati dalam diskusi, berbagi wawasan, dan memanfaatkan kesempatan untuk bertukar pengetahuan dan perspektif.
"Mari kita bersama-sama mencari cara untuk memanfaatkan kebijaksanaan yang melekat dalam ajaran agama termasuk ajaran Islam untuk menjembatani perpecahan, dan memupuk rasa saling menghormati, serta saling pengertian di antara masyarakat," katanya.
Lebih lanjut dikatakan di tengah tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia utamanya menjelang Pemilu 2024, berbagai pihak berkumpul dalam konferensi internasional tersebut guna membahas masalah yang mendesak yakni peran agama dalam memerangi polarisasi masyarakat.
Indonesia dengan kekayaan budaya, tradisi, dan agama yang beragam, kata Marhumah, berada di titik krusial dimana nilai-nilai persatuan, pengertian, dan kasih sayang sangat dibutuhkan. Menurutnya, masyarakat Indonesia yang beragam adalah bukti keindahan pluralisme.
Meski begitu, keragaman tersebut terkadang menimbulkan perpecahan, kesalahpahaman, dan ketegangan. Agama sebagai sumber panduan dan etika yang mendalam, dikatakan memiliki potensi untuk menjadi kekuatan pemersatu, mercusuar harapan yang dapat menjembatani perpecahan masyarakat, dan mewujudkan kehidupan yang lebih harmonis.
"Dalam konteks ini, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan yaitu merangkul nilai-nilai bersama, mempromosikan pemahaman dan dialog, menolak ekstremisme dan intoleransi, mengabdi pada kebaikan bersama, dan memelihara toleransi dan rasa hormat," ujar Marhumah.
Ada beberapa topik besar yang dibahas dalam konferensi tersebut. Seperti Moderasi Dakwah dan Ekstremisme Agama, Pengelolaan Ritual Agama dan Budaya, Pemberdayaan Politik Untuk Kelompok Rentan, Aktivisme Digital untuk Pencegahan Hoax dan Hate Speech, serta topik Dinamika Perilaku Politik Muslim.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh berbagai narasumber, baik di dalam negeri maupun dari luar negeri. Mulai dari Julian Millie (Monash University), Fadi Daou (Globethics), Les Redfen (Goshen College, USA), Titi Anggraini (Dewan Pengawas Perludem), Sakdiyah Ma’ruf (akademisi dan komedian), serta beberapa pemateri dari UIN Suka.