REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pada Agustus 2023, Lazis Masjid Jenderal Sudirman (MJS) Kompleks World Trade Centre Jakarta menginisiasi program Sedekah Produktif, Gizi untuk Penghafal Quran. Program ini diperuntukkan bagi pesantren-pesantren yatim dan dhuafa yang belum bisa memenuhi asupan gizi bagi para santri penghafal Qurannya. Hal ini terjadi lantaran ekonomi pesantren belum stabil, padahal para santri adalah salah satu harapan umat ke depannya dalam menjaga agama dan akhlak bangsa. Karenanya perlu diperhatikan asupannya.
Dengan dukungan para jamaah MJS dan stakeholder lainnya, Lazis MJS Jakarta pada akhirnya bisa melakukan asistensi kepada pesantren tersebut dengan membangunkan satu aset produktif dalam memenuhi gizi para santrinya. Asistensinya yaitu dalam bentuk pembangunan peternakan, perkebunan dan lain-lain. Diharapkan aset tersebut nantinya bisa menghasilkan dampak keberlanjutan dan tambahan pendapatan secara terus menerus (revenue stream) bagi pesantren tersebut.
Revenue stream dalam artian program ini dimaksudkan juga untuk bisa menjadi salah satu kanal permodalan pesantren dalam aktivitas operasionalnya. Maklum saja, pesantren menyelenggarakan pendidikan hampir 24 jam dalam sehari sehingga biaya operasionalnya tentu lebih mahal.
Hal ini ikut diamini oleh ustadz Didi Rosyadi yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Darut Tsaqofah, Leuwiliang, Kabupaten Bogor selaku penerima manfaat pada program pertama ini. Setelah berkali-kali memuji Allah Subhana wa Ta’ala, ia menyampaikan, “Jika yang diberikan bantuannya berupa beras, maka akan habis beberapa bulan saja. Namun yang diberikan ini adalah peternakan bebek petelur. Jika dikelola maka akan bisa menghasilkan telur untuk gizi para mujahid-mujahidah dan sebagiannya bisa dijual untuk operasional pesantren.”
Operasional pesantren masih memiliki ketergantungan yang besar pada grant atau hibah daripihak lainnya, baik dana keagamaan seperti ZISWAF ataupun dana sosial lainnya yangjumlahnya sering tidak pasti. Oleh karena itu diperlukan alternatif kanal kemandirian ekonomi pesantren melalui usaha kewirausahaan sosial.
Pada kesempatan yang sama Nuruddin selaku perwakilan DKM MJS menuturkan bahwa ini adalah masalah penting yang mesti diselesaikan. Sesuai dengan visi-misi MJS yaitu menjadi wadah pengembangan ekonomi syariah. “Setelah peresmian, program ini masih menyisakan PR yaitu soal pendampingan. Walaupun sudah ada ustadz Didi yang paham dalam mengelola bebek petelur namun kekhawatiran tentang manajemen keuangan dan pengembangan bisnis masih ada,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (13/11/2023).
Untuk itu MJS akan bekerja sama dengan pihak lain dalam melakukan pendampingan kepada penerima manfaat. “Pendampingannya bisa dalam bentuk pendampingan tata kelola yang baik, pengelolaan keuangan, akses pasar, penentuan pembeli yang tepat, perluasan bisnis dan produk turunannya hingga pembentukan lembaga ekonomi seperti koperasi dan lain-lain,” paparnya.
Alhamdulillah berkat bantuan banyak pihak, program ini telah menyelesaikan pembangunannya dan telah dilakukan penyerahan kepada pimpinan Pondok Pesantren Darut Tsaqofah dengan disaksikan perwakilan UPZ Permata Bank Syariah.
Nurudddin menjelaskan, kandang bebek ini baru ditempati 400 bebek siap bertelur dari kapasitas kandang yang mampu menampung 800 ekor bebek. Untuk itu masih dibutuhkan 400 ekor bebek lagi dari bapak/ibu donatur agar kandang tersebut dapat terisi penuh.
“Terima kasih kepada semua donatur program ini, semoga Allah Subhana wa Ta’ala membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda,” tuturnya.