Selasa 14 Nov 2023 22:44 WIB

Indef: EPC Berperan Penting untuk Wujudkan NZE di Sektor Industri

Banyak tantangan untuk mewujudkan transisi menuju EBT.

Penggunaan solar panel berkapasitas 10 kWp di Pabrik Tuban, Jawa Timur, sebagai salah satu inisiatif pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan dukungan terhadap program pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan.
Foto: Dok Republika
Penggunaan solar panel berkapasitas 10 kWp di Pabrik Tuban, Jawa Timur, sebagai salah satu inisiatif pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan dukungan terhadap program pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus memandang bahwa bisnis rancang bangun dan kerekayasaan (engineering, procurement, and construction/EPC) berperan penting untuk mewujudkan target emisi nol bersih (NZE) di sektor industri.

"Kegiatan rancang bangun ini merupakan hal krusial dalam pentahapan transisi energi pada industri karena EPC menjadi fase pendahuluan dalam pembangunan sektor industri," kata Ahmad dalam diskusi publik yang diadakan secara virtual di Jakarta, Selasa (14/11/2023).

Baca Juga

Ahmad mengingatkan, saat ini banyak sektor industri yang berkontribusi dalam pembangunan proyek-proyek strategis nasional seperti bidang energi dan infrastruktur. Sektor tersebut mayoritas juga menggunakan jasa EPC.

Menurut dia, hal tersebut seharusnya bisa dijadikan peluang bagi perusahaan EPC untuk mengembangkan dan menawarkan model rancang bangun yang ideal dan sejalan dengan prinsip keberlanjutan.

Di sisi lain, pembangunan proyek strategis nasional dinilai perlu lebih dalam melibatkan jasa EPC domestik. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), khususnya di bidang industri manufaktur dan konstruksi, juga harus menjadi pionir dalam transisi energi melalui kerja sama dengan EPC domestik.

"Dari sisi peluang, pengembangan penggunaan energi hijau ini juga ke depan akan dinilai semakin banyak, bervariasi, dan menyeluruh di berbagai sektor ekonomi. Kemudian, pengembangan EBT khususnya hidrogen hijau dan juga pengembangan pasar produk industri," kata Ahmad.

Meski begitu, Ahmad juga tidak memungkiri bahwa terdapat sejumlah tantangan industri EPC dalam menjalankan transisi menuju EBT. Tantangan-tantangan tersebut termasuk teknologi dan infrastruktur, substitusi impor, rantai pasok (supply chain), hingga pendanaan dan insentif.

"Terkait pendanaan dan insentif, pemerintah perlu merumuskan insentif yang memberikan daya tarik terhadap pengembangan sumber-sumber energi yang berbasis EBT," ujar dia.

Berdasarkan hasil analisis Indef, transisi energi di sektor industri dapat meningkatkan produktivitas ekonomi. Menurut Indef, penurunan konsumsi energi yang beremisi karbon perlu diiringi dengan peningkatan konsumsi EBT pada sektor pengguna EPC.

Upaya tersebut akan berdampak positif terhadap kinerja makro ekonomi, dengan pertumbuhan PDB diperkirakan naik sebesar 0,075 persen. Oleh sebab itu, Indef mendorong adanya percepatan transisi energi khususnya pada sektor industri manufaktur yang menjadi pengguna jasa EPC.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement