REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Konflik yang sedang berlangsung di wilayah, seperti Ukraina dan Gaza telah memberikan dampak besar pada industri pariwisata global, khususnya sektor-sektor seperti pariwisata halal.
Dilansir The Halal Times, Jumat (17/11/2023), sektor khusus tersebut kini, yang telah berkembang pesat dengan memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim melalui layanan yang mematuhi prinsip-prinsip Islam, seperti menyediakan makanan halal dan menjaga lingkungan bebas alkohol, kini menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tantangan-tantangan ini tidak hanya terbatas pada tren perjalanan yang berfluktuasi, tetapi juga mencakup gejolak sosial dan ekonomi yang lebih luas.
Berikut ini merupakan beberapa dampak konflik global terhadap pariwisata halal.
Pertama, batasan dan keamanan perjalanan dalam pariwisata halal.
Salah satu konsekuensi utama dari konflik-konflik ini adalah pemberlakukan pembatasan perjalanan dan meningkatnya kekhawatiran akan keselamatan. Destinasi wisata yang populer, yang dahulu ramai dikunjungi wisatawan Muslim, kini menjadi tidak dapat diakses lagi sehingga secara signifikan mengubah rencana perjalanan dan berdampak pada persepsi keselamatan regional di dekat zona konflik.
Kedua, dampak ekonomi pada destinasi pariwisata halal.
Negara-negara yang sangat bergantung pada pariwisata, khususnya negara-negara yang menganut pasar pariwisata halal, menghadapi dampak ekonomi yang parah ketika konflik menghalangi wisatawan. Penurunan pariwisata dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan dan tantangan sosial-sosial ekonomi lebih lanjut.
Ketiga, akses budaya dan keagamaan di zona konflik.
Daya tarik budaya dan agama dari destinasi tertentu memainkan peran penting dalam menarik wisatawan Muslim. Konflik dapat membatasi akses terhadap situs keagamaan dan budaya penting ini, sehingga berdampak pada dimensi spiritual dan budaya dari pariwisata halal.
Keempat, mengubah pola perjalanan halal.
Meningkatnya konflik sering kali mengakibatkan perubahan pola perjalanan. Wisatawan, yang mencari pilihan yang lebih aman, mungkin memilih destinasi alternatif. Tren ini tidak hanya membentuk kembali lanskap pariwisata halal tetapi juga mendorong pengembangan pusat perjalanan baru yang ramah halal.
Kelima, pertimbangan etis dalam perjalanan halal.
Implikasi Etis dari bepergian ke daerah-daerah yang terkena dampak konflik semakin banyak diteliti. Wisatawan Muslim, dan wisatawan lainnya, kini lebih cenderung menghindari zona konflik dan menyelaraskan keputusan perjalanan mereka dengan keprihatinan kemanusiaan yang lebih luas.
Selain itu, keenam, dampak jangka panjang pada industri perjalanan halal. Dampak konflik terhadap industri pariwisata halal sangat besar. Memulihkan citra suatu destinasi sebagai tempat yang aman dan mengundang memerlukan waktu dan upaya sehingga berdampak pada perekonomian lokal dan persepsi global untuk jangka waktu yang lama.
Ketujuh, bangkitnya pariwisata halal virtual dan domestik.
Sebagai respons terhadap kerusuhan global, terdapat tren yang berkembang menuju pengalaman wisata virtual dan perjalanan domestik di kawasan yang lebih aman. Pergeseran ini untuk sementara mengubah pengalaman wisata halal, lebih fokus pada eksplorasi lokal dan pengalaman digital destinasi internasional.
Kedelapan, pariwisata perdamaian dan rekonsiliasi.
Periode pasca-konflik mungkin menyaksikan lonjakan pariwisata perdamaian dan rekonsiliasi. Bagi pariwisata halal, hal ini memberikan peluang untuk mengintegrasikan elemen pendidikan dan pembangunan perdamaian ke dalam pengalaman perjalanan, sehingga memberikan wawasan mengenai konflik sejarah.
Dampak dari konflik global dan perang terhadap pariwisata halal memang sangat besar dan berdampak luas, memengaruhi segala hal mulai dari preferensi perjalanan umat Islam hingga lanskap ekonomi dan budaya negara tujuan. Ketika dunia beradaptasi terhadap tantangan-tantangan ini, ketahanan dan kemampuan beradaptasi sektor pariwisata, khususnya pariwisata halal, sangatlah penting.