REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Gerindra optimistis bisa memenangkan kontestasi Pilpres ataupun Pileg 2024 khususnya, di wilayah Jawa Tengah (Jateng). Tak sekadar menang, Gerindra ingin meraihnya dengan cara baik dan fair.
Ketua DPD Partai Gerindra Jateng, Sudaryono, menjelaskan ada tiga alasan mengapa pihaknya yakin bisa memenangkan Pilpres 2024 dan mengantarkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menjadi presiden dan wakil presiden. Pertama, saat ini, Gerindra semakin solid dan kompak serta mesin partai jauh lebih baik daripada pemilu sebelumnya.
Kedua, koalisi yang digalang Gerindra, yaitu Koalisi Indonesia Maju, berisikan sembilan parpol. "Artinya, mesin partai ada sembilan, jumlah calegnya kali sembilan dan jurkam kali sembilan. Maka sudah ada kesepakatan bahwa koalisi ini dibawa sampai level TPS. Maka jurkam untuk pasangan Prabowo-Gibran lebih banyak Koalisi Indonesia Maju dibanding koalisi lainnya," ujar Sudaryono dalam siaran di Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Ketiga, sosok Gibran Rakabuming Raka adalah anak muda asli Jateng. Gibran yang saat ini menjabat sebagai wali kota Solo memiliki elektabilitas yang moncer. Dalam berbagai survei, kata Sudsryono, Gibran juga menjadi magnet baru bagi masyarakat Indonesia. "Secara personal terkenal, populer dan disukai. Ini adalah amunisi tambahan," ujarnya.
Sudaryono mengingatkan, kemenangan pasangan Prabowo-Gibran harus diraih dengan cara yang baik dan fair. Menurut dia, berbeda pilihan dalam kontestasi pemilu tidak boleh menciptakan kondisi yang membuat masyarakat mudah panas dan saling bermusuhan.
Untuk itu, sebagai pimpinan Gerindra Jateng, Sudaryono rajin menjalin komunikasi dengan seluruh partai baik yang berkoalisi maupun non koalisi. "Kita diperintah oleh Pak Prabowo untuk tidak menyerang, menjelekkan, memfitnah, menyebar hoaks baik itu calon atau parpol lain. Setiap parpol pasti ingin menang tapi kita ingin dengan cara yang baik dan fair," ujarnya.
Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jateng, Yudi Indras Wiendarto menambahkan, Jateng merupakan lumbung suara yang mayoritas pemilihnya merupakan pemilih pemula dari generasi Milenial dan Gen Z. "Karena itu, kita semua jangan memprovokasi dan menjelek-jelekkan. Tapi harus mengedukasi dengan baik adik-adik pemilih yang bisa jadi baru pertama kalinya memiliki hak pilih," k Yudi.