Rabu 22 Nov 2023 18:22 WIB

Qatar Harap Gencatan Senjata Bisa Mengarah ke Perundingan Damai

Qatar menjadi mediator dalam negosiasi gencatan senjata Hamas-Israel

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani berharap kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan yang telah dicapai Hamas dan Israel dapat mengarah pada perundingan damai
Foto: AP Photo/Leo Correa
Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani berharap kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan yang telah dicapai Hamas dan Israel dapat mengarah pada perundingan damai

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani berharap kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan yang telah dicapai Hamas dan Israel dapat mengarah pada perundingan damai yang serius. Doha diketahui menjadi mediator dalam negosiasi gencatan senjata Hamas-Israel.

Al-Thani menyampaikan terima kasih kepada Mesir dan Amerika Serikat (AS) yang disebutnya turut berperan dalam proses pencapaian kesepakatan gencatan senjata Hamas-Israel. “Kami berharap hal ini akan menghasilkan perjanjian yang komprehensif dan berkelanjutan yang akan mengakhiri perang dan pertumpahan darah, serta mengarah pada perundingan serius untuk proses perdamaian yang komprehensif dan adil sesuai dengan resolusi legitimasi internasional,” ucap Al-Thani, lewat akun X resminya, Rabu (22/11/2023).

Baca Juga

Sementara itu, dalam pernyataan terpisah pada Rabu pagi, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Qatar, lewat akun X resminya mengungkapkan, jeda kemanusiaan Israel-Hamas akan berlangsung selama empat hari. “Waktu mulai jeda akan diumumkan dalam 24 jam ke depan dan berlangsung selama empat hari, dapat diperpanjang,” katanya.

Kemenlu Qatar mengatakan, dalam kesepakatan gencatan senjata diatur tentang pembebasan 50 warga Israel, terdiri dari perempuan dan anak-anak, yang saat ini ditahan Hamas Gaza. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sejumlah perempuan dan anak-anak Palestina yang mendekam di penjara-penjara Israel. Menurut Hamas, jumlah warga Palestina yang dibebaskan mencapai 150 orang.

Seorang juru bicara pemerintah Israel mengonfirmasi bahwa berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Hamas akan membebaskan setidaknya 50 sandera. Dia menyebut, untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan, gencatan senjata akan diperpanjang selama satu hari.

Kantor Perdana Menteri Israel telah menyampaikan bahwa gencatan senjata tidak berarti mengakhiri perang di Gaza. “Pemerintah Israel, tentara Israel dan pasukan keamanan akan melanjutkan perang untuk mengembalikan semua orang yang diculik, melenyapkan Hamas, dan memastikan bahwa tidak ada lagi ancaman terhadap Negara Israel dari Gaza,” katanya, dikutip laman Al Arabiya.

Pertempuran terbaru antara Hamas dan Israel pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Perang diawali dengan serangan roket dan operasi infiltrasi Hamas ke wilayah Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Hamas pun menculik setidaknya 240 orang, yang terdiri dari warga Israel dan warga asing, kemudian membawa mereka ke Gaza.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel memulai agresinya ke Gaza. Sebelum kesepakatan gencatan senjata tercapai, Israel tidak pernah mengendurkan atau memberikan jeda kemanusiaan dalam serangannya ke Gaza. Hingga Selasa kemarin, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel telah melampaui 14 ribu jiwa. Mereka termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan. Sementara korban luka mencapai sekitar 33 ribu orang.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement