REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terobosan dari Duke Health telah mengungkapkan hubungan yang mengejutkan antara paparan polusi lingkungan perkotaan dan peningkatan insiden kanker payudara. Analisis yang dilakukan di North Carolina dan diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports ini menunjukkan bahwa daerah perkotaan menunjukkan insiden kanker payudara yang lebih tinggi, terutama pada tahap awal diagnosis, dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Penelitian ini berfungsi sebagai template nasional yang penting untuk menilai dampak kualitas lingkungan pada berbagai tahap kanker payudara. North Carolina, dengan populasi yang beragam dan kondisi lingkungan yang berbeda-beda di 100 county, merupakan model yang ideal untuk penelitian ini.
Penelitian yang dipimpin oleh penulis senior Gayathri Devi dari Departemen Bedah dan Patologi Duke Health, mempelajari hubungan antara kontaminan lingkungan dan kanker payudara. Dengan menggunakan Indeks Kualitas Lingkungan (Environmental Quality Index/EQI), yang mengevaluasi faktor udara, air, tanah, dan sosiodemografi di tingkat county, penelitian ini memberikan gambaran komprehensif tentang bagaimana faktor lingkungan mempengaruhi hasil kesehatan.
Larisa M Gearhart-Serna, penulis utama dan kandidat PhD di Duke, menyoroti bahwa penelitian ini dikembangkan dari penelitian sebelumnya untuk memahami hubungan antara kualitas lingkungan, lingkungan perkotaan, dan perkembangan tumor kanker payudara stadium lanjut.
Salah satu temuan yang mengkhawatirkan adalah bahwa county dengan kualitas lingkungan yang lebih buruk secara keseluruhan memiliki tingkat kanker payudara yang lebih tinggi, terutama untuk kanker payudara terlokalisasi, dengan peningkatan 10,82 kasus per 100 ribu orang dibandingkan dengan county yang kondisi lingkungannya lebih baik.
“Tren ini paling jelas terlihat di daerah perkotaan, di mana kualitas lingkungan yang buruk, sering kali akibat polutan industri dan pertanian, berkorelasi dengan peningkatan angka kanker payudara,” kata Devi seperti dilansir One Green Planet, Jumat (24/11/2023).
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat kanker payudara yang lebih tinggi, terutama pada stadium lanjut, lazim terjadi di negara bagian dengan populasi kulit hitam yang lebih besar. Ini menggarisbawahi tren global kanker payudara yang lebih agresif pada wanita kulit hitam.
“Yang penting, penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat skrining mamografi yang lebih baik terkait dengan tingkat kejadian kanker payudara regional yang lebih rendah, yang mengindikasikan potensi deteksi dini dalam mengurangi diagnosis stadium lanjut,” jelas Gearhart-Serna.
Analisis komprehensif ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk mempertimbangkan paparan lingkungan kumulatif dengan stadium kanker. Penelitian yang merupakan upaya kolaboratif antara Duke's School of Medicine dan Nicholas School of the Environment ini tidak hanya menyoroti hubungan antara lingkungan dan kanker payudara, namun juga menyerukan langkah-langkah untuk mengurangi insiden penyakit pada komunitas yang rentan.