REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hartono Gunardi mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti nutrisi, kasih sayang, stimulasi dan imunisasi dapat mengoptimalkan tumbuh kembang bayi yang lahir secara prematur.
"Bayi-bayi prematur ini perlu dipenuhi kebutuhan dasarnya serta perlu pemantauan tumbuh kembang yang teratur dan berkesinambungan artinya terus menerus," kata Hartono dalam webinar Simposium Awam World Prematurity Day 2023 di Jakarta, Jumat (24/11/2023).
Dia mengatakan bahwa bayi yang lahir prematur cenderung memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir pada masa kehamilan normal.
Hal itu mencakup kerentanan terhadap sejumlah komplikasi, mulai dari masalah pernapasan hingga masalah pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut dia prevalensi kelainan dapat dilihat dari masa pembuahan sampai persalinan (gestasi), jika masa kehamilan 20 minggu maka kelainan perkembangan mencapai 60 persen.
Sementara itu, pada rentang masa kehamilan antara 28 hingga 31 minggu, tingkat kelainan perkembangan hanya sekitar 5,8 persen.
Hartono mengatakan bahwa periode tersebut angkanya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan masa kehamilan yang lebih dini, meskipun ada risiko yang serupa terhadap kelainan perkembangan.
"Kita lihat bahwa kelainan perkembangan ini lebih banyak di derita oleh bayi berat lahir rendah kurang dari 1.500 gram atau dengan masa gestasi kurang dari 35 Minggu dan resikonya makin besar," ujarnya.
Hartono menyebutkan beragam kelainan perkembangan yang dapat dialami oleh bayi prematur yakni gangguan motorik tubuh, disabilitas intelektual, kelainan psikologis, dan kelainan pada panca indera.
Peran kasih sayang, kata dia, juga memiliki peran yang sangat penting dalam pemantauan perkembangan anak yang lahir secara prematur.
Kasih sayang tersebut dapat memengaruhi secara positif kondisi emosional dan perkembangan psikologis anak, serta dapat memberikan dukungan yang sangat diperlukan bagi mereka yang mungkin mengalami tantangan kesehatan yang lebih besar akibat kondisi kelahiran prematur.