Ahad 26 Nov 2023 18:01 WIB

PBB Minta Negara Kaya Membatasi Konsumsi Daging untuk Tekan Emisi  

Sistem pangan menyumbang sekitar sepertiga emisi gas rumah kaca global.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Daging sapi (ilustrasi). Negara-negara maju dan kaya di dunia akan diminta untuk mengurangi konsumsi daging yang berlebihan.
Foto: Pixabay
Daging sapi (ilustrasi). Negara-negara maju dan kaya di dunia akan diminta untuk mengurangi konsumsi daging yang berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negara-negara maju dan kaya di dunia akan diminta untuk mengurangi konsumsi daging yang berlebihan, sebagai bagian dari rencana komprehensif untuk membawa industri agrikultur pangan global agar sejalan dengan kesepakatan iklim Paris. Peta jalan sistem pangan global menuju 1,5 Celcius diharapkan akan dipublikasikan oleh Organisasi Pangan & Pertanian PBB (FAO) selama pertemuan COP28 di Dubai.

Negara-negara yang mengonsumsi daging secara berlebihan akan disarankan untuk membatasi asupannya. Sementara itu, menurut FAO, negara-negara berkembang akan didorong untuk meningkatkan peternakan mereka.

Baca Juga

Dari lahan pertanian hingga ke meja makan, sistem pangan menyumbang sekitar sepertiga emisi gas rumah kaca global dan sebagian besar dari jejak tersebut terkait dengan peternakan, yang menjadi sumber utama emisi metana, deforestasi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Meskipun tidak mengikat, rencana FAO ini diharapkan dapat menginformasikan kebijakan dan keputusan investasi serta memberikan dorongan bagi transisi iklim industri makanan yang selama ini masih tertinggal dari sektor-sektor lain dalam hal komitmen.

Pedoman tentang daging dimaksudkan untuk mengirimkan pesan yang jelas kepada pemerintah. Namun, para politikus di negara-negara kaya biasanya menghindar dari kebijakan yang bertujuan untuk memengaruhi perilaku konsumen, terutama yang melibatkan pengurangan konsumsi barang sehari-hari.

"Peternakan merupakan isu yang sensitif secara politis, tetapi kita perlu menangani isu-isu sensitif untuk menyelesaikan masalah ini. Jika kita tidak mengatasi masalah peternakan, kita tidak akan bisa mengatasi perubahan iklim. Masalah utamanya adalah konsumsi berlebihan,” ujar Dhanush Dinesh, pendiri Clim-Eat, yang bekerja untuk mempercepat aksi iklim dalam sistem pangan.

Rata-rata orang Amerika mengonsumsi sekitar 127 kilogram daging per tahun dibandingkan dengan 7 kilogram di Nigeria dan hanya 3 kilogram di Republik Demokratik Kongo, menurut data FAO. Komisi Eat-Lancet merekomendasikan agar orang mengonsumsi tidak lebih dari 15,7 kilogram daging per tahun.

Badan PBB yang berbasis di Roma ini, yang ditugaskan untuk meningkatkan sektor pertanian dan nutrisi, berusaha untuk mencapai keseimbangan antara transisi iklim dan memastikan keamanan pangan bagi populasi global yang terus bertambah. Jadi, selain menyerukan pengurangan konsumsi daging bagi penduduk dunia yang sudah cukup makan, rencana ini juga akan mendorong para peternak di negara-negara berkembang untuk meningkatkan produktivitas ternak mereka dan memasok secara lebih berkelanjutan.

Rekomendasi lainnya akan mencakup isu-isu seperti bagaimana petani beradaptasi dengan cuaca yang semakin tidak menentu hingga mengatasi sumber-sumber utama emisi seperti limbah makanan dan kehilangan pasca panen atau penggunaan pupuk, menurut FAO. Rencana tersebut akan diluncurkan dalam tiga bagian selama beberapa tahun ke depan yang pada akhirnya akan mencakup rekomendasi spesifik untuk setiap negara.

Menurut FAIRR Initiative, sebuah jaringan investor yang berfokus pada produksi hewan intensif, peta jalan ini memiliki potensi untuk menawarkan arah yang jelas bagi perusahaan peternakan dan investor.

"Peta jalan ini diperlukan untuk memberikan kejelasan bagi perusahaan dan investor, sehingga mereka dapat merencanakan transisi. Semakin lama perusahaan menunggu untuk bertindak, semakin drastis dan berpotensi mengganggu transisi tersebut,” ujar Sofia Condes, kepala penjangkauan investor di FAIRR, seperti dilansir Japan Today, Ahad (26/11/2023).

Upaya FAO ini merupakan salah satu dari upaya untuk mendorong strategi dan negosisasi progresif terkait pangan di pertemuan COP28 di Dubai. Meskipun KTT iklim cenderung menjauh dari isu-isu agrikultur-pangan, namun penyelenggara tahun ini mencoba mendorong sejumlah inisiatif di luar pembicaraan formal, demikian kata Dinesh dari Clim-Eat.

"Saya melihat lebih banyak orang yang datang, lebih banyak acara, lebih banyak kegiatan seputar sistem pangan," ujar Dinesh.

Uni Emirat Arab sebagai tuan rumah COP28, telah meminta pemerintah untuk menandatangani deklarasi yang berkomitmen untuk memasukkan transformasi pangan ke dalam rencana pengurangan dan adaptasi nasional mereka. KTT COP28 akan mengadakan Hari Pangan, Pertanian dan Air pada tanggal 10 Desember, sebuah hari yang didedikasikan untuk pertama kalinya untuk sistem pangan, yang mencakup apa saja mulai dari bagaimana makanan ditanam, diproses, didistribusikan, dikonsumsi atau dibuang. Catering untuk COP28 juga akan terdiri dari dua pertiga makanan nabati.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement