Selasa 28 Nov 2023 16:19 WIB

ADRO: Pasar Batu Bara Dunia Tetap Positif pada 2024

Volume produksi hingga kuartal III 2023 naik 12 persen menjadi 50,73 juta ton.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Ilustrasi kegiatan operasional Adaro Minerals.
Foto: Adaro Minerals
Ilustrasi kegiatan operasional Adaro Minerals.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Indonesia, Tbk (ADRO) menyampaikan, prospek pasar batu bara dunia pada tahun 2024 bakal tetap positif dengan ditandai masih tingginya permintaan. Di saat bersamaan, perseroan terus mengembangkan bisnis batu bara metalurgi sebagai sumber bahan baku produksi baja.

“Jadi untuk batu bara termal kami masih melihat tren positif pada 2024. China tahun ini sampai Oktober sudah impor sekitar 100 juta ton. Jadi hal ini sangat memberikan kontribusi positif untuk harga batu bara termal,” kata Chief Financial Officer, Lie Luckman dalam konferensi pers Public Expose Live, Selasa (28/11/2023).

Baca Juga

Luckman mengatakan, sementara permintaan global yang cukup kuat, permintaan dalam negeri juga tetap tinggi. Ia mengatakan, Adaro sebagai salah satu produsen batu bara terbesar di Indonesia juga punya tanggung jawab untuk menunjang program kelistrikan pemerintah.

Oleh karena itu, dari total produksi batu bara, sebanyak 25 persen dialokasikan untuk kebutuhan domestic market obligation (DMO) sedangkan 75 persen sisanya di ekspor ke berbagai negara Asia, seperti China dan Jepang yang menjadi pasar utama.

Laporan operasional ADRO selama kuartal I-III 2023 mencatat, total volume penjualan baik batu bara termal maupun batu bara metalurgi mencapai 49,12 juta ton atau meningkat 11 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Pencapaian tersebut masih selaras dengan rencana target volume penjualan tahun 2023 sebesar 62 juta ton - 64 juta ton. Adapun, volume produksi hingga kuartal III 2023 naik 12 persen menjadi 50,73 juta ton.

Dalam sesi Public Expose Live, ia menyampaikan, tekanan terhadap batu bara memang cukup tinggi. Namun, di sisi lain, kebutuhan Indonesia maupun negara-negara di dunia terhadap ketersediaan energi juga sangat besar. Di sisi lain, penyediaan energi baru terbarukan (EBT) masih terus dalam pengembangan teknologi.

Di Indonesia, pun masih dibutuhkan sumber energi yang murah untuk bisa menunjang pertumbuhan ekonomi nasional maupun negara sekitar.

“Walaupun kita tahu, bahwa batu bara perlu kita gantikan dengan energi terbarukam, tapi untuk sementara waktu permintaan atas batu bara masih cukup tinggi,” ujar dia.

Menjelang pergantian tahun, Luckman mengatakan, perseroan saat ini belum menetapkan rencana belanja modal untuk 2024 karena masih alam proses penyusunan anggaran.

“(Capex) 2024 kita masih susun budget, nanti akan disampaikan awal 2024,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement