REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa Nabi Muhammad SAW hidup, turun ayat suci yang menjelaskan seseorang yang berbuat baik hasilnya untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, seseorang yang berbuat buruk atau jahat, maka kerugian dari kejahatannya akan kembali kepada dirinya sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. (QS Al-Isra' Ayat 7)
Salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW sangat terpukau dengan keindahan makna ayat tersebut. Karena itu, dia selalu membacanya siang dan malam.
Dalam buku 40 Kisah Keagungan Alquran karya Musthafa Muhammadi (Ahwazi) yang diterjemahkan Yusuf Anas diterbitkan Oorina, 2008. Dikisahkan ada seorang perempuan Yahudi yang memendam rasa dengki kepada sahabat Nabi Muhammad SAW tersebut. Kedengkiannya itu begitu membara, sehingga dia berkata kepada dirinya sendiri, "Tunggulah sampai aku lakukan perbuatan itu (kepadamu)."
Perempuan Yahudi itu lalu membuat manisan, kemudian mencampurnya dengan racun. Setelah manisannya jadi, dia memberikannya kepada sahabat Nabi Muhammad SAW itu. Sahabat tersebut menerimanya, lalu membungkusnya untuk dibawa pergi.
Sahabat itu pergi ke sebuah padang tandus...