Sabtu 02 Dec 2023 01:29 WIB

Aktivis Iklim Lakukan Aksi Protes pada Pementasan di Met Opera New York

Para pengunjuk rasa membentangkan spanduk bertuliskan "No Opera On A Dead Planet".

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Perubahan iklim (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malam pembukaan pementasan "Tannhäuser" karya Richard Wagner di Metropolitan Opera, New York, pada Kamis malam terganggu oleh para pengunjuk rasa iklim yang meneriakkan "No Opera" dari balkon-balkon di kedua sisi gedung opera tersebut.

Para pengunjuk rasa yang tergabung dalam kelompok Extinction Rebellion NYC membentangkan spanduk bertuliskan "No Opera On A Dead Planet". Para petugas terpaksa menurunkan tirai sekitar pukul 21.30, di tengah-tengah babak kedua.

Baca Juga

“Sekitar delapan menit berlalu, sebelum petugas keamanan mengusir para demonstran yang bertengger di balkon,” ungkap manajer umum Met, Peter Gelb, seperti dilansir Operawire, Jumat (1/12/2023).

Penonton mencemooh para demonstran dan bertepuk tangan ketika tirai kembali dibuka, tetapi kegembiraan itu hanya berlangsung sebentar. Seorang wanita yang duduk di bagian orkestra kemudian berdiri dan mulai berteriak.

Tirai pun ditutup kembali. Sementara petugas keamanan mengeluarkan wanita tersebut, Gelb berkonsultasi dengan petugas lain tentang bagaimana cara untuk melanjutkan pementasan.

Banyak penonton yang meneriaki balik para pengunjuk rasa, dengan berteriak "Pergilah!" "Pulanglah!" dan "Diam!" Beberapa penonton berjalan keluar, dengan satu orang mempertanyakan "apakah tidak ada keamanan di sini?"

“Acara tersebut ditunda selama total 22 menit,” kata Gelb.

Gelb muncul di atas panggung untuk memberi tahu para penonton lampu akan tetap menyala, sehingga petugas dapat dengan cepat mengidentifikasi dan mengamankan para pengunjuk rasa yang mungkin muncul selama sisa pertunjukan selama empat setengah jam. Gelb mengatakan bahwa para pengunjuk rasa dikeluarkan dari lokasi dan diserahkan kepada polisi.

Interupsi pada hari Kamis itu hanyalah contoh terbaru dari para aktivis iklim yang mengganggu konser musik klasik. Pada bulan September, para aktivis iklim menginterupsi sebuah pertunjukan di Swiss.

Tahun lalu, saat pertunjukan Requiem karya Verdi di Amsterdam, para aktivis iklim juga menginterupsi dengan berteriak: "Kita berada di tengah krisis iklim dan kita seperti orkestra di kapal Titanic yang terus bermain dengan tenang sementara kapal sudah tenggelam". Para pengunjuk rasa dikawal keluar beberapa menit kemudian.

Para aktivis iklim juga menargetkan museum, terkadang merusak lukisan, dan mengganggu acara olahraga. Pada bulan September, Extinction Rebellion NYC juga mengganggu pertandingan semifinal AS Open antara Coco Gauff dan Karolina Muchova. Empat pengunjuk rasa di lantai atas Stadion Arthur Ashe menyerukan penghentian penggunaan bahan bakar fosil, dan seorang aktivis menempelkan kakinya ke tanah. Protes mereka menunda pertandingan selama 49 menit.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement