REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Serangkaian bencana alam melanda Asia Selatan dan Timur sejak pekan lalu, menewaskan lebih dari seratus orang di Nepal, India, Vietnam, dan China. Hujan lebat, tanah longsor, serta hantaman dua topan besar menimbulkan kerusakan luas dan mengganggu aktivitas ekonomi serta transportasi di kawasan.
Seorang pejabat Nepal mengatakan hujan deras yang mengguyur negara itu sejak Jumat (3/10/2025) memicu longsor dan banjir bandang di berbagai wilayah, menewaskan sedikitnya 47 orang. Sebanyak 35 korban dilaporkan tewas akibat longsor di Distrik Ilam, perbatasan timur dengan India. Juru bicara Kepolisian Nepal, Kalidas Dhauboji, mengatakan sembilan orang masih hilang terbawa arus banjir, sementara tiga lainnya tewas tersambar petir.
“Upaya penyelamatan bagi mereka yang hilang masih berlangsung,” kata Shanti Mahat dari Otoritas Nasional Pengurangan Risiko dan Manajemen Bencana Nepal, Ahad (5/10/2025).
Sejumlah jalan raya dan jembatan rusak parah, membuat banyak wilayah terisolasi, termasuk ibu kota Kathmandu yang terputus dari akses darat akibat sungai meluap dan jalan tergenang. Di seberang perbatasan, wilayah pegunungan Darjeeling, India Timur, juga dilanda longsor setelah hujan deras.
Sedikitnya tujuh orang tewas dan dua lainnya masih hilang, menurut laporan media lokal. “Tujuh jenazah sudah ditemukan dari reruntuhan,” kata pejabat kepolisian Distrik Darjeeling, Abhishek Roy, dikutip kantor berita ANI.
Sementara itu, di Vietnam, pemerintah melaporkan sedikitnya 51 orang tewas akibat Topan Bualoi yang menghantam wilayah tengah utara pada Senin lalu. Badan Penanggulangan Bencana Vietnam mengatakan topan membawa gelombang laut tinggi, angin kencang, dan hujan deras yang menyebabkan banjir besar. Sebanyak 14 orang masih hilang dan 164 lainnya terluka.
Kerugian ekonomi akibat badai dan banjir mencapai 15,9 triliun dong atau sekitar 603 juta dolar AS, meningkat tajam dari estimasi sebelumnya. Lebih dari 230 ribu rumah rusak atau terendam, hampir 89 ribu hektare sawah dan ladang hancur, serta puluhan ribu keluarga kehilangan listrik.
Dilansir dari laman Reuters, Pemerintah Vietnam memerintahkan bank-bank menunda atau merestrukturisasi pinjaman bagi perusahaan terdampak, termasuk fasilitas industri besar milik Foxconn, Formosa Plastics, Luxshare, dan Vinfast.
Bencana juga menghantam China bagian selatan saat Topan Matmo mendarat di pesisir timur Kabupaten Xuwen, Provinsi Guangdong, pada Ahad sore. Badai dengan kecepatan angin mencapai 151 kilometer per jam itu datang setelah menimbulkan banjir di Filipina pekan lalu.
Pulau wisata Hainan menutup penerbangan dan feri sejak Sabtu (4/10/2025) malam untuk mengantisipasi cuaca ekstrem, bertepatan dengan musim libur nasional delapan hari di mana lebih dari dua miliar perjalanan domestik diperkirakan terjadi.
Di tengah meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem di kawasan Asia, otoritas di berbagai negara menyerukan kewaspadaan tinggi dan langkah mitigasi cepat. Di Nepal, pejabat meteorologi memperingatkan hujan masih akan mengguyur hingga Senin, sementara di Vietnam dan China, ribuan petugas dikerahkan untuk memperbaiki jaringan listrik dan membuka akses jalan yang terputus.
Banjir, topan, dan longsor ini kembali menegaskan kerentanan negara-negara di kawasan terhadap perubahan pola cuaca ekstrem yang dipicu pemanasan global, dengan korban jiwa dan kerugian ekonomi yang terus meningkat setiap tahun.