Sabtu 02 Dec 2023 00:27 WIB

Sudah Ada di Indonesia, Mycoplasma Pneumonia Lebih Ringan Dibanding Covid-19

Mycoplasma pneumoniae ini pada orang dewasa gejalanya ringan.

Rep: Desy Susilawati / Red: Gita Amanda
 Bakteri mycoplasma penyebab pneumonia, infeksi pada alat kelamin dan saluran kemih.
Foto: Shutterstock
Bakteri mycoplasma penyebab pneumonia, infeksi pada alat kelamin dan saluran kemih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini masyarakat khawatir Mycoplasma pneumonia yang angkanya naik di Cina akan masuk di Indonesia. Padahal, penyakit pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae sudah pernah ada di Indonesia. Bagaimana kondisinya saat itu? Apakah lebih ringan dibandingkan Covid 19? 

Spesialis Paru RSUP Persahabatan, Prof Dr dr Erlina Burhan, mengatakan mycoplasma pneumoniae ini sudah lama ditemukan di Indonesia, bukan sesuatu yang baru. Namun, karena tidak rutin diperiksa, maka biasanya kasus ini akan ditemukan ketika dilakukan penelitian. 

Baca Juga

"Mycoplasma pneumoniae ini pada orang dewasa gejalanya ringan-ringan saja seperti batuk, demam tidak terlalu tinggi, dahaknya tidak banyak dengan warna hijau atau kekuningan atau kecoklatan, namun warnanya bening, leukositnya tidak naik. Intinya ringan-ringan saja," ujarnya dalam konferensi pers Kolaborasi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dengan RSUP Persahabatan, RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSPI Sulianti Saroso dengan Topik: Waspada Ancaman Pneumonia akibat Mycoplasma, Jumat (1/12/2023). 

Oleh karena itu, menurut Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Infeksi PDPI ini, pemerintah bahkan dokter tidak terlalu mengganggap ini adalah hal yang serius. "Karena tingkat kesembuhannya tinggi, tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah, minum obat-obat psikomatis saja seperti obat-obat flu, dan juga parasetamol. Minum yang cukup, istirahat yang cukup, dan kalau memang memerlukan antibiotik yang mycrolite," ujarnya.

Ia menambahkan kasus akan bertabjika menginfeksi lansia atau orang tua. Apalagi jika disertai komorbid seperti hipertensi, asma, PPOK, atau penyakit lain. "Ini tentu saja membuat gejalanya lebih berat karena ada komorbidnya. Mungkin dirawat karena komorbidnya bukan semata-mata karena pneumonia atau infeksi Mycoplasmanya," ujarnya.

Selain itu, ia mengungkapkan, penelitian yang dilakukan di Indonesia terhadap pasien pneumonia komunitas atau pneumonia yang dirawat, kategorinya berat, justru yang ditemukan kuman lain. Namun,pada saat dilakukan pemeriksaan dengan regen khusus untuk menemukan Mycoplasma, ditemukan 26 persen dari kasus-kasus pneumonia ternyata ada ko-infeksi dengan Mycoplasma pneumonia.  

"Jadi akan menjadi lebih berat kalau terjadi ko-infeksi. Tapi kalau hanya semata-mata infeksinya tunggal hanya Mycoplasma pneumoniae tidak berat," ujarnya.

Erlina menambahkan jika Anda mempunyia risiko untuk penyakit ini menjadi berat, apalagi pada anak-anak, sebaiknya jalani kembali protokol kesehatan (prokes).

Jadi itulah mengapa mycoplasma tidaklah menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. Namun, jika hal itu terjadi pada anak apalagi jika anak memiliki alergi dan asma, biasanya akan agak berat gejalanya dan menimbulkan penyempitan saluran nafas menjadi sesak nafas. "Tidak perlu panik, namun tetap waspada," ujar Erlina.

Dr dr Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) menambahkan perlu diwaspadai jika mycoplasma pneumoniae menginfeksi anak atau pasien yang memiliki daya tahan atau imunitasnya terganggu seperti pasien kanker, biasanya gejalanya akan lebih berat. "Tapi secara ini tidak lebih berat dari Covid atau pneumoniae lainnya," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement