Senin 04 Dec 2023 20:57 WIB

Dua Jenis Musibah dalam Islam, Apakah Gunung Meletus Salah Satunya?

Adapun klasifikasi musibah, menurut KH Cholil Nafis, terbagi menjadi dua perkara.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Pengendara melintas saat Gunung Marapi memuntahkan material vulkanik saat terjadi letusan di Agam, Sumatera Barat, Indonesia, Senin, 4 Desember 2023.
Foto: .AP Photo/Ardhy Fernando
Pengendara melintas saat Gunung Marapi memuntahkan material vulkanik saat terjadi letusan di Agam, Sumatera Barat, Indonesia, Senin, 4 Desember 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunung Marapi di Sumatera Barat erupsi. Dalam kacamata Islam, apakah ini disebut dengan musibah?

Adapun klasifikasi musibah, menurut KH Cholil Nafis, terbagi menjadi dua perkara. Pertama adalah musibah yang tidak bisa dihindari. Musibah jenis ini merupakan ketetapan Allah dengan maksud-maksud tertentu ketika menurunkannya. Contoh musibah ini antara lain gunung meletus dan juga tsunami.

Baca Juga

Sedangkan musibah yang kedua adalah musibah yang bersumber dari manusia (ulah manusia). Musibah jenis ini sejatinya dapat ditangkal atau dihindari, namun menurut Kiai Cholil, karena manusia enggan memperbaikinya maka musibah tersebut terus terjadi.

“Misalnya banjir dan longsor, ini ada intervensi besar dari manusia,” kata Kiai Cholil kepada Republika, Senin (4/12/2023).

Intervensi serta kontribusi manusia dalam merusak alam merupakan salah satu pemicu jenis musibah ini. Tak hanya itu, musibah yang sesungguhnya bisa dihindari ini, harus menjadi perenungan dan muhasabah bagi siapapun manusia yang tertimpa.

Apabila musibah datang, maka agama memerintahkan umat Muslim untuk bersabar. Namun begitu, sabar saja tidak cukup. Perlu ada langkah perbaikan alias mengevaluasi diri.

“Barangkali perilaku hidup kita jorok, suka buang sampah sembarangan. Bisa jadi tata kelola airnya belum sempurna, atau bisa jadi karena diri kita terlalu banyak dosa, maka Allah beri teguran,” ujarnya.

Beliau menjabarkan dalam musibah banjir yang terjadi misalnya, manusia harus dapat bermuhasabah atas dosa-dosa yang pernah dilakukan. Adapun dosa, bukan hanya dosa yang dilakukan manusia lantaran tidak patuh dalam menjalankan ibadah, namun juga terdapat dosa yang terjadi lantaran perlakuan zalim kepada alam.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement