Rabu 06 Dec 2023 15:17 WIB

Perang Gaza Dongkrak Penjualan Keffiyeh Palestina di AS

Keffiyeh menjadi simbol perjuangan warga Palestina untuk merdeka.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
seorang anak perempuan mengenakan penutup kepala keffiyeh.
Foto: Reuters/Mohamad Torokman
seorang anak perempuan mengenakan penutup kepala keffiyeh.

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Penjualan keffiyeh di Amerika Serikat (AS) melonjak sejak perang Israel-Palestina di Gaza meletus pada 7 Oktober 2023. Keffiyeh adalah scarf bercorak kota-kotak hitam putih yang menjadi simbol perjuangan warga Palestina untuk merdeka.

Sejak 7 Oktober, semakin banyak orang Amerika yang mengenakan keffiyeh, untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap warga Palestina. Penjualan justru melonjak ketika pasukan keamanan melepas paksa keffiyeh yang digunakan oleh pengunjuk rasa. Bahkan orang yang memakai keffiyeh dilaporkan menjadi sasaran pelecehan verbal dan fisik.

Baca Juga

“Itu seperti saklar lampu. Tiba-tiba, kami memiliki ratusan orang di situs web secara bersamaan dan membeli apa pun yang mereka bisa,” kata Azar Aghayev, distributor Hirbawi di AS, yang dibuka pada 1961 dan merupakan satu-satunya produsen keffiyeh yang tersisa di Tepi Barat.

“Dalam dua hari, stok yang kami miliki habis begitu saja, bukan habis, malah oversold," ujar Aghayev.

Hirbawi, yang telah mematenkan mereknya, menjual keffiyeh secara internasional melalui situs webnya di AS dan Jerman serta di Amazon.  Seluruh 40 variasi di situs AS, yang mencakup banyak warna cerah serta hitam dan putih yang merupakan tradisional, telah terjual habis.

Penjualan keffiyeh telah meningkat 75 persen dalam 56 hari antara tanggal 7 Oktober dan 2 Desember di Amazon.com dibandingkan sebelum perang. 56 hari sebelumnya. Menurut data dari perusahaan analisis e-commerce, Jungle Scout, penelusuran untuk “syal Palestina untuk wanita” meningkat sebesar 159 persen dalam tiga bulan hingga 4 Desember dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Sementara penelusuran untuk “syal militer shemagh”, “keffiyeh palestine”, dan “keffiyeh” masing-masing meningkat sebesar 333 persen, 75 persen, dan 68 persen.

Keffiyeh umumnya dipakai di seluruh dunia Arab, dan akarnya sudah ada sejak 3100 Sebelum Masehi. Keffiyeh menjadi simbol perlawanan Palestina selama Pemberontakan Arab melawan pemerintahan Inggris pada 1936. Keffiyeh kemudian menjadi hiasan kepala yang menjadi ciri khas pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Yasser Arafat.

Pendukung Palestina dan pendukung Israel di AS telah menghadapi ancaman dan serangan sejak konflik Timur Tengah dimulai. Warga Yahudi Amerika mengalami peningkatan anti-Semitisme dan Muslim Amerika mengalami peningkatan Islamafobia.

Hazami Barmada (38 tahun), mantan pejabat PBB yang tinggal di Virginia, belum lama ini mengenakan keffiyeh saat melakukan protes di luar Gedung Putih dan di lingkungan Georgetown di Washington untuk mendukung gencatan senjata di Gaza. "Mengenakan keffiyeh terasa seperti memiliki kekuatan super,” katanya.

Dalam acara penyalaan pohon Natal di Rockefeller Center di Kota New York pada November, salah satu peserta yang mengenakan keffiyeh diamankan oleh petugas keamanan. Petugas keamanan menghampiri pengunjuk rasa di depan massa yang membawa spanduk, bendera Palestina, dan keffiyeh yang dikenakan salah satu pengunjuk rasa.  Penjaga itu mengambil ketiga barang tersebut, termasuk mengambil keffiyeh yang dikalungkan di leher pengunjuk rasan

Dewan Hubungan Amerika-Islam telah mendokumentasikan beberapa contoh orang yang menjadi sasaran karena mengenakan keffiyeh. Mulai dari seorang ayah yang diserang di taman bermain di Brooklyn hingga seorang mahasiswa pascasarjana Universitas Harvard yang diberi tahu bahwa ia mengenakan syal “teroris”.

Dalam insiden yang paling serius, tiga mahasiswa keturunan Palestina, dua diantaranya mengenakan keffiyeh, ditembak di Burlington, Vermont, saat sedang berjalan-jalan bulan lalu.  Hisham Awartani (20 tahun) mengalami lumpuh dari dada ke bawah.  Pihak berwenang telah mendakwa seorang tersangka dengan percobaan pembunuhan dalam penembakan tersebut, dan sedang menyelidiki apakah tindakan itu merupakan kejahatan yang bermotif kebencian.

Tamara Tamimi, ibu dari salah satu siswa, Kinnan Abdalhamid, mengatakan kepada CBS News pekan lalu bahwa, dia yakin mereka tidak akan menjadi sasaran jika mereka tidak berpakaian sebagaimana mestinya dan berbicara bahasa Arab. Students for Justice in Palestine (SJP), sebuah kelompok yang menjadi pusat aktivisme kampus AS sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, telah mendorong para mahasiswa untuk memakai keffiyeh sebagai bentuk solidaritas terhadap para mahasiswa yang ditembak di Vermont seminggu setelah insiden tersebut.  .

Namun, di Houston, Texas, anggota SJP Anna Rajagopal mengatakan, dia dan anggota lainnya tidak mengenakan keffiyeh di luar ruangan setelah orang-orang yang mengibarkan bendera Israel mengepung mereka di sebuah kafe, dan meneriakkan hinaan.

“Saya dan seorang teman sadar untuk melepas keffiyeh kami setelah meninggalkan wilayah Palestina dan Arab agar aman,” kata Rajagopal, seorang penulis lepas yang lulus dari Rice University pada Mei dan juga anggota Jewish Voice for Peace, sebuah kelompok yang mengadvokasi kemerdekaan Palestina.

Kendati orang yang memakai keffiyeh mengalami kekerasan fisik maupun verbal, permintaan tidak berkurang. “Jika kami bisa menyediakan 20.000 keffiyeh, kami akan menjualnya,” kata Morgan Totah, pendiri Handmade Palestine, sebuah kelompok yang berbasis di Ramallah, Palestina, yang menjual barang-barang pengrajin lokal secara online. n. Rizky Jaramaya/Reuters

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement