Ahad 17 Dec 2023 17:15 WIB

Wisata dalam Islam, Bolehkah?

Wisata bisa menjadi sarana dakwah.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi Pariwisata di Lampung
Foto: Youtube
Ilustrasi Pariwisata di Lampung

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA —  Berwisata atau berlibur merupakan aktivitas yang banyak diminati oleh segala umur. Tua, muda, dan anak-anak, sangat menggandrungi aktivitas yang satu ini, apalagi banyak negara-negara yang kini mulai menggalakkan juga wisata halal. Sehingga, bagi umat Muslim tidak perlu lagi khawatir saat memulai perjalanan wisata mereka di negara-negara non Muslim.

Hal ini, tentu saja sangat positif dan Islam juga tidak sekaku itu. Traveling, ternyata juga dianjurkan dalam Islam, bukan untuk berfoya-foya, melainkan agar mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, dan hikmahnya membuat mereka semakin bersyukur.

Baca Juga

Traveling atau wisata juga bisa menjadi sarana dakwah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: “Sesungguhnya wisatanya umatku adalah berjihad di jalan Allah.” (HR Abu Daud)

Itulah yang dilakukan para pendahulu kita, bahkan sejak zaman para Nabi. Di sisi lain kita juga harus mengambil pelajaran dari apa yang sudah kita lakukan dengan traveling. Alangkah baiknya disaat traveling, kita mengingat kebesaran Allah swt.

Dengan ini diketahui, ternyata berwisata dalam Islam merupakan sesuatu yang dibolehkan, selama niat dan tujuannya baik dan tidak melanggar syariat Islam. Berikut ini beberapa surat yang menerangkan tentang anjuran berwisata dalam Islam.

“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS Al-Mulk: 15) 

“Maka, apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah membinasakan mereka dan orang-orang kafir akan menerima (nasib) yang serupa.”

(QS Muhammad: 10)

“Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah). Oleh Karena itu berjalanlah di (segenap penjuru ) bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS Ali Imran 137)

“Katakanlah (Nabi Muhammad): ‘Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa’.” (QS An-Naml: 69)

Katakanlah: ‘Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu’” (QS Al-An'am: 11)

Dengan berwisata, bukan hanya untuk menambah wawasan kita dan memetik hikmah dari perjalanan itu, akan tetapi, dengan berwisata kita juga memberikan kesempatan kepada tubuh kita, untuk sejenak terlepas dari beratnya pekerjaan dan masalah hidup, serta untuk kembali menyegarkan pikiran kita.

Dengan berwisata, ternyata kita akan mendapatkan banyak manfaat seperti yang dijelaskan dalam riwayat Imam Syafi'i, bahwa setidaknya ada lima manfaat yang dapat diperoleh dari berwisata. 

“Tinggalkan negeri untuk meraih kejayaan dan berwisatalah karena di sana ada lima manfaat, yaitu mengenyahkan gelisah, meraih kehidupan, ilmu, adab, dan pertemanan dengan yang jaya. Kalau ada yang berkata: Dalam bepergian, ada kehinaan dan cobaan atau kesulitan menempuh jalan dan memikul beban, maka ketahuilah bahwa kematian lebih baik daripada kehidupan di satu negeri yang hina di antara pembohong dan pengiri,” kata dia seperti dikutip dari buku ”Kumpulan 101 Kultum tentang Islam” oleh Prof M Quraish Shihab.

Berdasarkan hal itu, tidak keliru jika ditegaskan bahwa agama menganjurkan setiap orang untuk menyisihkan sebagian masa hidupnya, tenaganya, pikiran, dan uangnya untuk berwisata. “Berwisatalah Anda akan menemukan ganti dari apa yang Anda tinggalkan,” kata Quraish Shihab.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement