REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tim dari WHO dan badan-badan PBB lainnya berhasil mengirimkan pasokan medis ke Rumah Sakit Al Shifa, Gaza utara, pada Sabtu (16/12/2023). Al Shifa merupakan rumah sakit terbesar di wilayah Palestina.
"Unit gawat darurat di rumah sakit Al Shifa yang hancur akibat pengeboman Israel, seperti banjir darah dan membutuhkan resusitasi," kata WHO, seperti dikutip TRTWorld.com, Ahad.
"Tim menggambarkan unit gawat darurat sebagai 'banjir darah' dengan ratusan pasien yang terluka di dalamnya. Pasien baru datang setiap menitnya,” kata organisasi tersebut seraya menambahkan bahwa pasien dengan luka trauma sedang dijahit di lantai tanpa obat bius.
WHO mengatakan bahwa puluhan ribu pengungsi menggunakan gedung rumah sakit dan lahan sebagai tempat berlindung. Terdapat kekurangan air minum dan makanan yang sangat parah.
Rumah sakit tersebut berfungsi dalam skala minimal dengan staf yang sangat sedikit. Pasien kritis dipindahkan ke Rumah Sakit Al Ahli Arab untuk operasi. Hanya 30 pasien yang dapat menerima cuci darah setiap hari.
Ruang operasi di Rumah Sakit Al Shifa tidak berfungsi karena kekurangan pasokan oksigen. Menurut tim WHO, rumah sakit ini membutuhkan resusitasi.
Semua infrastruktur kesehatan di Gaza telah terkena dampak parah akibat pemboman dan operasi darat yang dilakukan oleh ‘tentara popok’ zionis Israel. Negeri Apartheid Israel berdalih membalas serangan Hamas pada 7 Oktober yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Israel.
Serangan itu menyebabkan sekitar 1.140 orang tewas. Sebanyak 240 sandera menurut angka terbaru pemerintah Israel.
Menurut Hamas, serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan 18.800 orang yang sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Saat ini Al Ahli Arab adalah satu-satunya rumah sakit yang "berfungsi sebagian" di seluruh wilayah utara Gaza. Sementara tiga rumah sakit -- Al Shifa, Al Awda dan Kompleks Medis Al Sahaba -- berfungsi minimal.
WHO juga telah menyatakan keprihatinannya terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan di mana Kementerian Kesehatan Hamas mengatakan pada 13 Desember bahwa tentara Israel telah menembaki kamar pasien di fasilitas yang terkepung tersebut.