REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Liverpool Jurgen Klopp menyayangkan tim asuhannya gagal memetik kemenangan pada partai big match melawan Manchester United (MU) dalam lanjutan Liga Primer Inggris di Anfield, Senin (18/12/2023) dini hari WIB. The Rds ditahan imbang imbang 0-0 di depan pendukung sendiri.
Klopp menyayangkan peluang-peluang yang diciptakan timnya tidak ada yang berbuah gol. Padahal, pada laga itu, menurut catatan statistik laga, Liverpool menguasai penuh jalannya laga dengan 69 persen penguasaan bola dan menciptakan 34 tembakan yang delapan di antaranya tepat sasaran.
Jumlah ini jauh dari apa yang dicatatkan tim tamu dengan 31 persen penguasaan bola dan enam tembakan yang satu di antaranya tepat sasaran.
“Ketika Anda memiliki jumlah penyelesaian sebanyak ini, Anda seharusnya bisa mencetak lebih banyak lagi yang tepat sasaran, itu adalah poin lain yang jelas tidak bagus. Dan golnya, jika kami bisa mencetak gol kapan saja, itu akan mengubah segalanya karena mereka jelas tidak ada di sini untuk kalah dan mereka sangat menginginkan hasil,” kata Klopp seusai laga, dikutip dari laman resmi Liverpool, Senin.
Hasil ini juga membuat The Reds gagal mengulangi catatan yang sama seperti yang ditorehkan selama dua musim terakhir di mana mereka berpesta gol ke gawang MU di Anfield yakni pada musim 2021/2022 dengan skor 4-0 dan pada musim lalu dengan skor 7-0.
“Kami benar-benar tidak beruntung dengan hasil akhir Trent, menurut saya. Saya pikir Onana bahkan tidak bereaksi karena itu tidak masuk akal karena jika bola masuk, berarti masuk, tetapi menggelinding ke sisi yang salah dari tiang gawang,” komentarnya tentang peluang emas Trent Alexander Arnold pada menit ke-65 yang tipis di samping gawang Andre Onana.
Atas hasil ini, Liverpool kehilangan takhta sementara Liga Inggris. The Anfield Genk turun ke posisi kedua dengan 38 poin, memperoleh poin yang sama dengan Aston Villa yang ada pada posisi ketiga dan tertinggal satu poin dari pemuncak klasemen Arsenal.
Namun, terkait kehilangan takhta sementara, pelatih asal Jerman itu tidak terlalu memusingkannya karena musim masih panjang dan semua kontestan masih akan menjalani periode yang padat di bulan Desember.
“Sejujurnya, saya tidak terlalu tertarik (berbicara juara). Saya senang kita berada di area di mana kita berada dan saya tidak tahu mengapa kita membuka diskusi itu. Ini bulan Desember, ini adalah periode tersulit dalam setahun. Setiap orang harus melewatinya,” kata dia.