Senin 18 Dec 2023 13:59 WIB

Para Ilmuwan Sebut Konferensi Iklim di Dubai Penuh 'Omong Kosong'

Solusi iklim yang ditawarkan pada COP28 penuh dengan omong kosong.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Solusi yang ditawarkan pada COP28 dinilai penuh dengan omong kosong.
Foto: www.freepik.com
Solusi yang ditawarkan pada COP28 dinilai penuh dengan omong kosong.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama dua pekan terakhir, para delegasi dari ratusan negara berkumpul untuk melakukan negosiasi iklim di KTT Iklim PBB ke-28 atau COP28. Dan para ahli kini mengatakan bahwa solusi yang ditawarkan pada COP28 penuh dengan omong kosong.

Yang menjadi masalah, konferensi ini dipimpin oleh Sultan Dubai Ahmed Al Jaber, yang juga menjalankan perusahaan minyak nasional Uni Emirat Arab, Adnoc. Al Jaber juga telah memicu kontroversi ketika ia secara terbuka menyatakan pesimisme tentang penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap, dengan mengatakan tidak ada ilmu pengetahuan yang mendukungnya.

Baca Juga

Pernyataan itu jelas-jelas salah karena sebagian besar ilmuwan mengatakan bahwa menghilangkan polusi bahan bakar fosil adalah cara yang paling besar dan penting untuk mengatasi perubahan iklm. Para ahli juga menilai, alat penangkap karbon yang banyak dipakai oleh perusahaan minyak di Timur Tengah dan AS, sebagai sebuah pemborosan.

"Ini menakutkan karena mereka melihat ini sebagai peluang bisnis baru, cara baru untuk menghasilkan uang dan terus berlanjut seperti sebelumnya," kata peneliti iklim Pierre Friedlingstein, seperti dilansir Futurism, Senin (18/12/2023).

Friedlingstein yang memimpin sebuah proyek Global Carbon Budget dari University of Exeter, menganalisis sebagian keampuhan proyek-proyek penangkapan dan penghilangan karbon (carbon capture and removal) yang mahal dan digembar-gemborkan oleh para cukong minyak dan taipan teknologi di COP28. Sejauh ini, hasilnya cukup mengejutkan, dimana teknologi tersebut hanya menghilangkan satu juta kali lebih sedikit karbon daripada yang saat ini diemisikan.

"Tidak ada alternatif lain untuk mengurangi emisi secara besar-besaran. Teknologi-teknologi ini adalah pengalih perhatian, sebuah cara untuk berpura-pura bahwa kita sedang menangani masalah ini, padahal sebenarnya tidak,” kata Friedlingstein.

Seperti yang dilaporkan oleh The Guardian, sebuah laporan baru dari organisasi non-pemerintah Jerman, Climate Analytics, telah memperingatkan bahwa tambahan 86 miliar ton karbon dapat dilepaskan ke atmosfer jika teknologi-teknologi ini berkinerja buruk setelah investasi lebih lanjut. Lalu sebuah studi terpisah dari Oxford menemukan bahwa dibutuhkan biaya satu triliun dolar per tahun untuk mengembangkan teknologi-teknologi ini sesuai dengan skalanya.

Meskipun para pemimpin dunia tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelesaikan teka-teki iklim, Steve Smith, direktur eksekutif inisiatif Net Zero Oxford, mengatakan bahwa mengurangi emisi adalah hal yang paling penting.

"Teknologi ini bukanlah solusi yang salah, karena tidak ada satu solusi yang sempurna,” jelas Smith.

Ketika nama-nama besar seperti Bill Gates dan utusan iklim AS John Kerry terus mendorong perbaikan yang sangat mahal ini tanpa berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, maka perubahan iklim akan semakin parah. Kecuali, jika komunitas global bisa mulai serius beralih dari bahan bakar fosil ke energi baru terbarukan.

"Kita memiliki insulasi perumahan, kendaraan listrik, energi terbarukan, dan memiliki baterai. Meningkatkannya bukanlah hal yang sepele, namun kita tidak membutuhkan teknologi baru yang ajaib untuk 90 persen pertama dari masalah ini,” jelas Friedlingstein.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement