Rabu 27 Dec 2023 12:52 WIB

UMM Kukuhkan Joko Widodo dan M Syaifuddin Jadi Guru Besar FKIP

Prof Joko Widodo membahas apresiasi sastra dan penerapannya dalam kehidupan sehari.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
UMM mengukuhkan Prof Dr Joko Widodo dan Prof Dr Mohammad Syaifuddin sebagai guru besar FKIP.
Foto: Republika.co.id
UMM mengukuhkan Prof Dr Joko Widodo dan Prof Dr Mohammad Syaifuddin sebagai guru besar FKIP.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menutup akhir tahun 2023, dengan mengukuhkan dua profesor dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), yakni Prof Dr Joko Widodo dan Prof Dr Mohammad Syaifuddin.

Kedua profesor yang dikukuhkan di Aula BAU UMM, Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (27/12/2023), membahas secara khusus terkait dunia pendidikan sesuai bidang ilmu masing-masing. Prof Dr Joko Widodo membahas apresiasi sastra dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut dia, peningkatan kualitas apresiasi terhadap karya sastra akan berdampak signifikan pada pencapaian literasi dan penerapannya dalam kehidupan. Joko mengatakan, ketepatan mengapresiasi berujung pada pencapaian membaca secara reading beyond in the line.

Hal itu dapat menyelamatkan ribuan orang dari tindakan negatif, tercela, pelanggaran peraturan, kehancuran masa depan, bahkan jiwa. "Pembaca didorong untuk mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan pengarang lewat karyanya," ucap Joko di Kota Malang, Rabu.

"Kemudian, menjadikannya inspirasi dan menuangkannya dalam tindakan nyata berupa sistem yang bisa mencegah orang terjerumus dalam tindakan tercela. Aktivitas ini merupakan fungsi preventif," kata Joko menambahkan.

Jika apresiasi dalam sastra diimplementasikan oleh orang-orang yang memiliki wewenang atau pengambil kebijakan, sambung dia, tentu hal itu bisa mencegah tindakan melanggar yang berakibat pada kerugian bagi diri sendiri dan masyarakat.

Begitu juga dengan peningkatan dalam aspek moral bagi masyarakat dan sebagai alat untuk mendidik. Dikaitkan dengan pesan dan muatannya, hampir secara keseluruhan karya sastra merupakan sarana etika.

"Dengan demikian, memahami karya sastra pada gilirannya merupakan pemahaman akan nasihat dan peraturan, larangan dan anjuran, kebenaran yang harus ditiru, jenis-jenis kejahatan yang harus ditolak, dan sebagainya," kata Joko.

Sementara itu, Prof Dr Mohammad Syaifuddin dalam pidato ilmiah pengukuhannya sebagai guru besar mengambil judul 'Keterampilan Abad Ke-21: Tantangan Asesmen Kelas Yang Mencerdaskan'. Menurut dia, perkembangan abad ke-21 membawa perubahan dan tantangan yang signifikan dalam masyarakat.

Untuk menavigasi perubahan positif, kata dia, individu perlu memperoleh dan mengembangkan seperangkat keterampilan yang dikenal sebagai keterampilan abad 21. "Keterampilan ini mencakup berbagai bidang, termasuk pembelajaran dan inovasi, informasi dan teknologi, serta keterampilan hidup dan karier. Keterampilan abad ke-21 sangat penting bagi individu untuk berkembang di dunia saat ini," ujarnya.

Dalam bidang pembelajaran dan inovasi, individu perlu memiliki kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan kemampuan untuk belajar bagaimana belajar. Mereka, kata Syaifuddin, harus mampu berpikir di luar kotak, menghasilkan ide-ide inovatif, dan beradaptasi dengan situasi baru.

Dalam hal keterampilan informasi dan teknologi, individu harus mahir dalam menggunakan teknologi dan media, serta dapat menganalisis dan mengevaluasi informasi secara efektif. Syaifuddin juga menyampaikan, asesmen untuk kehidupan merupakan upaya mencapai kecerdasan spiritual yang memainkan peran penting pengembangan dimensi spiritual anak didik.

"Salah satu hal penting lain dari asesmen yang mencerdaskan adalah bagaimana asesmen itu menuntun manusia untuk menuju tujuan hidup yang sesungguhnya. Tujuan hidup sesungguhnya manusia adalah kembali kepada Allah dalam keadaan husnul khotimah," kata Syaifuddin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement