REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, mata uang rupiah di akhir perdagangan Rabu (27/12/2023) naik ditopang oleh menguatnya ekspektasi pasar bahwa kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan lebih dovish ke depan.
"Pasar meyakini The Fed akan mulai menurunkan tingkat suku bunga acuannya lebih cepat atau pada kuartal I-2024," kata Josua di Jakarta, Rabu (27/12/2023).
Meningkatnya ekspektasi pasar tersebut menyebabkan indeks dolar AS cenderung terus melemah dalam dua pekan terakhir, sehingga memberikan penguatan terhadap rupiah. Data terakhir menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III 2023 tidak sekuat yang terindikasi sebelumnya.
Produk domestik bruto (PDB) riil Amerika Serikat (AS) melampaui ekspektasi, dan mencatat peningkatan sebesar 4,9 persen secara year on year (yoy) pada kuartal III 2023, demikian dilaporkan oleh Departemen Perdagangan AS pada Kamis (26/10).
Pada kuartal II 2023, PDB riil meningkat 2,1 persen, menurut perkiraan awal yang dikeluarkan oleh Biro Analisis Ekonomi.
Pada penutupan perdagangan Rabu, rupiah naik 54 poin atau 0,35 persen menjadi Rp 15.430 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.484 per dolar AS.
Begitu pula dengan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu meningkat ke posisi Rp 15.414 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 15.489 per dolar AS.