REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada awal perdagangan pekan ini, Senin (14/7/2025). Pengamat menilai, pelemahan rupiah di antaranya dipengaruhi data Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan yang melambat pada Mei 2025.
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 32 poin atau 0,20 persen menuju level Rp 16.250 per dolar AS pada penutupan perdagangan Seni (14/7/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 16.215 per dolar AS.
“Bank Indonesia melaporkan jumlah utang luar negeri Indonesia pada Mei 2025 naik 4,05 miliar dolar AS atau sekitar Rp 66 triliun, menjadi 435,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 7.100,28 triliun (asumsi kurs Jisdor BI Rp 16.300 per dolar AS pada akhir Mei 2025),” kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Senin (14/7/2025).
Ibrahim menyebut, ULN tersebut mencatatkan kenaikan dalam dolar AS, namun jumlahnya justru menurun jika dikonversikan menjadi rupiah, yakni dibandingkan dengan April 2025 yang tercatat senilai 431,55 miliar dolar AS atau sekitar Rp 7.197,76 trilun (asumsi kurs Jisdor BI akhir April 2025 Rp 16.679 per dolar AS.
Posisi ULN pada Mei 2025 tercatat tumbuh 6,8 persen secara tahunan (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2025 sebesar 8,2 persen. Hal tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN di sektor publik dan kontraksi pertumbuhan ULN swasta.
BI mengeklaim secara umum struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal itu tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga sebesar 30,6 persen, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 84,6 persen dari total ULN.
Lebih detail, posisi ULN pemerintah pada Mei 2025 senilai 209,6 miliar dolar AS, atau tumbuh sebesar 9,8 persen (yoy). Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2025 sebesar 10,4 persen.
Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh pembayaran jatuh tempo Surat Berharga Negara (SBN) internasional, di tengah aliran masuk modal asing pada SBN domestik. Seiring tetap terjaganya kepercayaan investor global terhadap prospek perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian global.
Sementara itu, sentimen eksternal yang membuat rupiah tertekan, di antaranya mengenai dinamika kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
“Trump pada akhir pekan lalu mengumumkan tarif 30 persen untuk Meksiko dan Uni Eropa, yang terbaru dari serangkaian tarif yang diumumkan selama seminggu terakhir. Tarif Trump akan berlaku efektif mulai 1 Agustus, sehingga memberikan waktu terbatas bagi negara-negara ekonomi utama untuk menyelesaikan lebih banyak kesepakatan perdagangan dengan Washington,” tutur Ibrahim.
Ibrahim mengatakan, Trump mengindikasikan bahwa ia tidak akan memperpanjang batas waktu 1 Agustus. Trump selama sepekan terakhir telah mengumumkan tarif terhadap beberapa negara ekonomi utama lainnya, termasuk bea masuk 25 persen untuk Jepang dan Korea Selatan, tarif 50 persen untuk Brasil, dan tarif 50 persen untuk impor tembaga.