REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah SWT tidak hanya menciptakan makhluk, tetapi juga mengatur seluruh makhluk. Maka ketika seseorang dilanda musibah, tetapi ia justru bersegera untuk berdoa dan berzikir, maka dampaknya secara psikologis sangat luar biasa.
Musibah dan ujian yang diterima manusia tak lepas dari kuasa Allah SWT. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat at-Taghabun ayat 11:
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗوَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Yang artinya, "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah Mahamengetahui segala sesuatu."
Maka itu, sepanjang seseorang berdzikir penuh keyakinan dan kesungguhan harapan kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan menurunkan ketenangan pula. Di sisi lain, umat Islam juga harus tetap berprasangka baik kepada Allah diiringi dengan kesabaran yang luas.
Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan, Allah SWT menegaskan melalui ayat tersebut bahwa apa yang menimpa manusia, baik yang merupakan kenikmatan dunia maupun yang berupa siksa adalah qadha dan qadar, sesuai dengan kehendak Allah SWT yang telah ditetapkan di muka bumi.
Dalam berusaha keras, manusia hendaknya tidak menyesal dan merasa kecewa apabila menemui hal-hal yang tidak sesuai dengan usaha dan keinginannya.
Hal itu di luar kemampuannya, karena ketentuan Allah-lah yang akan berlaku dan menjadi kenyataan. Sebagaimana firman-Nya di Surat At Taubah ayat 51:
قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَا Yang artinya, "Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami.”
Baca juga: Dzikir Ini Dianjurkan Rasulullah SAW untuk Atasi Gundah Gulana, Dibaca Sebelum Tidur
Allah SWT memberi petunjuk kepada orang yang beriman untuk melapangkan dadanya, menerima dengan segala senang hati apa yang terjadi pada dirinya, baik sesuai dengan yang diinginkan, maupun yang tidak, karena ia yakin bahwa kesemuanya itu dari Allah SWT.
Ibnu Abbas menafsirkan bahwa Allah memberikan kepada orang mukmin dalam hatinya suatu keyakinan. Begitu pula ketika seseorang ditimpa musibah, ia mengatakan kalimat pengingat Allah SWT (zikir) istrija’ atau 'inna lillahi wa inna ilaihi rajiun'. Hal itu karena iman yang menyebabkan sabar dan akhirnya musibah itu ringan baginya.