REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Israel di Korea Selatan mendapat kritik pedas karena merilis video yang mendramatisasi serangan teror terhadap warga Korea Selatan, dengan tagline "Bayangkan jika itu terjadi pada Anda". Dilansir Koreaboo, Jumat (29/12/2023), video tersebut menggambarkan skenario khayalan di mana seorang wanita Korea diculik oleh penyerang bersenjata pada Hari Natal dan dipisahkan secara paksa dari putrinya.
Kedutaan Besar Israel mengunggah video tersebut di Facebook pada Selasa (26/12/2023) dengan keterangan yang berbunyi, "Pada tanggal 7 Oktober, Israel diserang oleh teroris-teroris Hamas. 1.200 pria, wanita, dan anak-anak terbunuh, dan lebih dari 240 orang disandera di Gaza… Bayangkan jika hal ini terjadi pada Anda. Apa yang akan kamu lakukan?”
Menurut laporan YTN, duta besar Israel di Seoul, Akiva Tor, telah menjelaskan posisi kedutaan tersebut dalam postingan media sosial yang sekarang sudah dihapus.
“Kami telah merekonstruksi insiden teroris mengerikan yang terjadi pada tanggal 7 Oktober untuk membantu warga Korea Selatan di Asia Timur, jauh dari Israel, untuk memahami situasi perang saat ini,” ujar Akiva Tor.
Video ini diproduksi dalam konteks kampanye Israel yang sedang berlangsung untuk menghancurkan kelompok perlawanan Palestina Hamas sebagai pembalasan atas serangan mereka pada 7 Oktober. Menurut angka Israel, serangan tersebut menyebabkan sekitar 1.140 orang tewas, termasuk warga sipil. Hamas juga menyandera sekitar 250 orang, dan 129 di antaranya masih disandera.
Di sisi lain, Israel tanpa henti membom Jalur Gaza sejak 8 Oktober, menewaskan sedikitnya 21.110 orang, lebih dari 5.000 di antaranya adalah anak-anak, menurut UNRWA.
“Setiap menit, setiap jam, situasi semakin buruk di #GazaStrip. Jumlah Anak yang hilang di #Gaza yang dilaporkan kini telah melampaui 5.000. Gencatan senjata SEKARANG. Akhiri kengerian ini SEKARANG,” tulis UNRWA melalui akun X (sebelumnya Twitter) @UNRWA.
Namun, Kementerian Luar Negeri Seoul menganggap video kedutaan Israel “tidak pantas,” mengingat situasi keamanan Korea Selatan, yang secara teknis masih berperang dengan Korea Utara, dan meminta kedutaan untuk menghapus video tersebut.
“Pembunuhan dan penculikan warga sipil Israel oleh Hamas tidak dapat dibenarkan, namun produksi dan distribusi video yang dibuat oleh Kedutaan Besar Israel yang menggambarkan situasi keamanan di negara lain dianggap tidak pantas,” kata Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Atas keberatan Kementerian Luar Negeri, kedutaan akhirnya harus menghapus video tersebut.