Ahad 31 Dec 2023 15:10 WIB

Kritik Makan Siang Gratis, TKN: Mahfud MD tak Peduli Gizi Anak

Organisasi PBB The World Food Program (WFP) justru mendorong program makan siang.

Tim Kampanye National (TKN) Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo menilai Cawapres nomor urut 2, Mahfud MD  tidak peduli dengan kondisi gizi anak. Foto ilustrasi Mahfud MD.
Foto: Republika.co.id
Tim Kampanye National (TKN) Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo menilai Cawapres nomor urut 2, Mahfud MD tidak peduli dengan kondisi gizi anak. Foto ilustrasi Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tim Kampanye National (TKN) Prabowo-Gibran , Dradjad Wibowo, melihat  cawapres dari pasangan calon presiden Ganjar Pranowo, Mahfud MD tidak paham dengan program makan siang, yang justru didorong oleh organisasi PBB The World Food Program (WFP). 

“Pernyataan pak Mahfud itu membuat kita pantas meragukan kepedulian Prof Mahfud kepada kondisi gizi anak-anak Indonesia,” kata Dradjad, Ahad (31/12/2023).

Menurut Dradjad, pernyataan cawapres pasangan calon presiden Ganjar Pranowo ini, menunjukkan ketidakpahaman Mahfud tentang program yang sangat didorong oleh The World Food Program (WFP) dari PBB ini. “Sangat memprihatinkan karena beliau masih Menko Polhukam yang seharusnya sangat memahami prioritas-prioritas PBB,” kata Ketua Dewan Pertimbangan PAN ini.

WFP memberi prioritas yang sangat tinggi terhadap program ini. Makan siang bagi anak sekolah adalah salah satu investasi terbaik pemerintah. “Kita tahu belanja pemerintah itu ada komponen konsumsi dan komponen investasi. Para ekonom memberi preferensi kepada belanja investasi dibanding konsumsi pemerintah. Makan siang gratis ini termasuk dalam belanja investasi pemerintah,” ungkapnya. 

Lebih memprihatinkan lagi, menurut Dradjad, Mahfud MD meremehkan program yang menjadi salah satu upaya andalan untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya tujuan nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 8.

Ekonom senior INDEF ini menjelaskan, di dunia sudah 76 negara yang menjalankan program ini. Ada sekitar 418 juta anak di seluruh dunia yang menikmatinya. Jadi Prabowo-Gibran sebenarnya hendak menjalankan salah satu program yang termasuk praktek terbaik internasional. 

Selain dampak itu, menurut Dradjad program ini juga memiliki dampak ekonomi yang besar. Program ini akan banyak dinikmati oleh pelaku usaha rakyat. “Ketika kita bicara UMKM, sering yang terpikirkan adalah kredit, pelatihan dan sebagainya. Jaminan pasar dan harga bagi UMKM sering terlupakan. Padahal jaminan pasar dan harga itu sangat krusial,” paparnya.

Dengan program ini, negara menjadi pasar bagi UMKM, dan menjamin harganya. Otomatis hal ini menjadi insentif bagi UMKM seperti peternak ayam pedaging, ayam petelur, sapi perah, sapi pedaging, petani palawija, sayur dan buah, petani padi, jasa katering (yg kebanyakan ibu-ibu), jasa transportasi dan sebagainya. Uangnya berputar di rakyat. 

Karena pasar dan harga dijamin negara, kata Dradjad, akan makin banyak orang yang mau ikut beternak dan sebagainya. Sehingga, produksi diharapkan akan meningkat. Jika tidak cukup, baru negara melakukan impor.

Bagi keluarga miskin dan mendekati miskin, lanjut Dradjad juga besar manfaatnya. Dengan program ini mereka tidak harus mengeluarkan biaya makan siang bagi anak-anaknya. “Otomatis mereka akan terangkat ke atas garis kemiskinan. Jadi program ini juga mengurangi kemiskinan,” ungkap Dradjad.

Program ini kelihatannya sederhana. Tapi dampaknya dahsyat. Mulai dari pengurangan stunting, peningkatan kualitas SDM khususnya generasi penerus, pencapaian SDGs termasuk pengurangan kemiskinan, serta manfaat ekonominya bagi rakyat. 

“Sudah beberapa kali Prof Mahfud offside. Sebelumnya soal food estate, sekarang soal makan siang. Saya berharap beliau masih bisa menjaga obyektifitas akademis, meskipun elektabilitasnya masih rendah. Tirulah pak Prabowo yang tidak segan-segan menyetujui bahkan memuji program pesaingnya ketika beliau melihat program tersebut memang bagus,” papar Dradjad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement