REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga berkomitmen untuk terus mendengarkan aspirasi anak sebagai dasar penyusunan strategi penyelesaian isu anak di Indonesia.
"Seluruh anak Indonesia adalah anak kita. Oleh karena itu, pemenuhan hak dan perlindungan khusus bagi anak menjadi tanggung jawab kita bersama," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Ahad (31/12/2023).
Pada 30 Desember 2023, Bintang melakukan kunjungan kerja ke Pasar Seni Kumbasari di Kota Denpasar, Provinsi Bali. Dia berdialog dengan 61 anak binaan Yayasan Lentera Anak Bali.
Paket bantuan spesifik pemenuhan hak anak berupa tas ransel, buku tulis, tempat pensil, tumbler, dan cookies berprotein tinggi disalurkan dalam dialog tersebut.
Bintang memberikan semangat kepada anak-anak binaan Yayasan Lentera Anak Bali untuk senantiasa mengembangkan potensi diri dan mengejar impian di masa depan. "Tidak ada istilah terlambat untuk belajar. Anak-anak semua harus belajar karena kalian semua adalah generasi penerus bangsa kita ke depan," ucapnya.
Bintang berharap anak-anak itu dapat menjadi pribadi yang bermanfaat tidak hanya bagi orang tua kalian, tetapi juga bagi bangsa dan negara.
Dia juga mendorong peningkatan kompetensi dan kualitas diri bagi perempuan yang mengalami perkawinan anak melalui pelatihan keterampilan. Beberapa di antaranya saat ini sudah mendapatkan pelatihan keterampilan merias.
"Mereka tentu akan punya tanggung jawab yang lebih besar lagi bagaimana anak-anak yang dilahirkan nanti menjadi anak-anak yang berkualitas. Kita harus melakukan assessment terkait pelatihan yang mereka inginkan dan butuhkan," kata Bintang.
Ketua Yayasan Lentera Anak Bali Sri Wahyuni menjelaskan bahwa yayasannya itu didirikan pada 2011 dengan komitmen untuk meningkatkan pendidikan bagi anak-anak buruh suwun di Pasar Badung, Bali. Dia mengungkapkan banyak di antara anak-anak tersebut yang tidak mendapatkan pendidikan formal karena ikut orang tuanya bekerja.
Sebanyak 90 persen anak-anak binaan Yayasan Lentera Anak Bali berasal dari Kabupaten Karangasem, sedangkan sisanya dari Kabupaten Klungkung. "Ketika mereka sudah lulus keaksaraan fungsional di Sanggar Belajar dan Taman Baca Yayasan Lentera Anak Bali, mereka bisa mengikuti pendidikan formal setara SD, SMP, atau SMA. Saat ini ada 13 anak yang sudah sekolah formal," kata Sri.
Sri menuturkan, saat ini Yayasan Lentera Anak Bali tengah memperluas jangkauan upayanya untuk meningkatkan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus yang harus menjalani terapi seumur hidupnya, terutama untuk meningkatkan rasa percaya diri. Yayasan Lentera Anak Bali berjejaring dengan semua seluruh masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI), dan Forum Anak Daerah (FAD).
"Sistem belajar di sini bukan kelas, tetapi satu anak belajar dengan satu relawan agar anak-anak fokus dan tidak berlari-larian," kata Sri.