REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko mengatakan, pasangan capres-cawapres jagoannya harus memenangi Pilpres 2024 dalam satu putaran karena situasi geopolitik dunia tahun ini sedang tidak pasti. Menurutnya, banyak kebijakan strategis Indonesia berkaitan dengan situasi negara lain.
"Menang satu putaran itu bukan pilihan kita. Kalau kita mau berpikir strategis, menang satu putaran itu bukan pilihan, tapi suatu keharusan," kata Budiman dalam sebuah diskusi di Rumah Besar Relawan Prabowo-Gibran, Jakarta, Kamis (4/1/2024).
Budiman menjelaskan, ketidakpastian geopolitik dunia terjadi karena tahun ini ada 50 negara yang akan menyelenggarakan pemilu. Beberapa diantaranya adalah negara yang punya peran strategis dalam menentukan situasi geopolitik dunia seperti Taiwan, Rusia, India, Amerika Serikat, dan Inggris.
Hasil pemilu atau pemimpin terpilih di negara-negara tersebut, kata Budiman, akan berperan besar menentukan "besarnya api" atau pertikaian hingga perang di Eropa Timur. Khusus Taiwan, hasil pemilunya akan menentukan bagaimana negara itu menghadapi Tiongkok.
"Pemilu Taiwan berpotensi membuat api dalam sekam di Taiwan meledak menjadi api yang membara. Karena bagaimana pun hasil pemilu Taiwan Januari nanti sangat menentukan tetap atau tidak berani merdeka (dari Tiongkok)," kata mantan aktivis 1998 itu.
Karena itu, ujar dia, pemilu Indonesia harus tuntas dalam satu putaran. Apabila pemilu berjalan dua putaran, maka Indonesia sama saja menyia-nyiakan waktu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan penting di tengah ketidakpastian global.
"Dalam soal hilirisasi harus diakui kita masih membutuhkan (negara) sahabat-sahabat yang masih bisa diajak ngobrol yang di negara mereka juga masih belum tahu siapa pemimpinnya," kata mantan politikus PDIP itu.
Budiman mengatakan, di tengah ketidakpastian dunia, maka pemimpin yang dibutuhkan Indonesia adalah Prabowo Subianto. Sebab, Prabowo punya wawasan dan pengalaman mengurusi urusan geopolitik. "Situasi sedang tidak pasti, maka yang bisa mengobati adalah pengalaman," ujarnya.
Di forum yang sama, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan, pilpres satu putaran bisa menghemat anggaran negara sekitar Rp 27 triliun. Dengan satu putaran, anggaran yang sangat banyak itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
"Data yang saya dapatkan, anggaran yang bisa dihemat sebanyak Rp 27 triliun. Itu bisa untuk subsidi pendidikan, subsidi pupuk dan lainnya," kata Qodari.
Karena itu, Qodari menilai pilpres satu putaran akan berdampak positif bagi bangsa Indonesia. Terlebih, berbagai hasil survei menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran sudah menyentuh angka 45 persen. "Untuk menuju sekali putaran tinggal geser 5 persen," ujarnya.