Jumat 05 Jan 2024 09:38 WIB

CEO McDonalds Ketar-Ketir Penjualan Makin Terdampak Boikot

BDS mengeluarkan pernyataan resmi memboikot McDonald.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
 A McDonald’s fast food restaurant in London, Britain, 14 November 2023. The boss of McDonald
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
A McDonald’s fast food restaurant in London, Britain, 14 November 2023. The boss of McDonald

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang antara Israel-Palestina serta aksi boikot yang dilakukan terhadap produk terafiliasi dengan Israel berdampak kepada penjualan McDonalds, terutama di Timur Tengah. CEO McDonalds, Chris Kempczinski menyebut beberapa pasar di Timur Tengah dan beberapa pasar di luar kawasan mengalami dampak bisnis yang berarti akibat konflik dan 'informasi yang salah' berkaitan dengan boikot.

Jaringan restoran cepat saji besar di Barat, termasuk McDonalds dan Starbucks, menjadi salah satu yang terkena diboikot. Boikot dilakukan secara spontan karena sikap pro-Israel dan dugaan adanya hubungan sejumlah produk dengan Israel.

Baca Juga

“Misinformasi seputar merek seperti McDonalds mengecewakan dan tidak berdasar. Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, McDonalds dengan bangga diwakili oleh pemilik operator lokal yang bekerja tanpa kenal lelah untuk melayani dan mendukung komunitas mereka sambil mempekerjakan ribuan warganya,” kata Kempczinski dalam postingan LinkedIn seperti dikutip dari Reuters, Kamis (4/1/2024).

Pada Oktober 2023, McDonalds Israel mengatakan di akun media sosialnya bahwa mereka telah memberikan ribuan makanan gratis kepada personel Pasukan Pertahanan Israel. Dukungan makanan gratis itu terus berlanjut hingga Desember 2023.

McDonalds merasakan dampak boikot yang signifikan di Mesir dan Yordania, yang kini juga terjadi di beberapa negara di luar kawasan Arab. Termasuk Malaysia, Indonesia, Pakistan, dan negara mayoritas Muslim lainnya. McD mengandalkan sekitar 40 ribu kedainya di seluruh dunia, dengan lima persen berada di Timur Tengah.

McDonalds selalu menggunakan alasan bahwa McD di banyak negara mempekerjakan warga lokal dan dimiliki pengusaha lokal. Sekitar 95 persen kedainya di seluruh dunia memang menggunakan sistem waralaba.

Setiap waralaba ini mengharuskan membayar biaya royalti atau fee royalty pada McD induk. Pada 1 Januari 2024, biaya royalti itu diputuskan naik menjadi lima persen dari sebelumnya empat persen. CNBC International menyebut kenaikan karena penjualan secara global turun.

 

McD resmi diboikot gerakan BDS...

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement