Rabu 10 Jan 2024 10:51 WIB

Industri Terganggu, Militer Jerman Didesak Gabung AS Jaga Laut Merah

Industri yang bergantung pada pasokan bahan mentah atau komponen dari Asia terdampak situasi di Laut Merah.

Rep: Kabar Dunia dan Indonesia/ Red: Partner
.
Foto: network /Kabar Dunia dan Indonesia
.

Militer Jerman (ilustrasi) (EPA-EFE/CLEMENS BILAN)
Militer Jerman (ilustrasi) (EPA-EFE/CLEMENS BILAN)

FRANKFURT – Industri di Jerman mendesak pemerintahnya memberikan dukungan militer untuk mengawal keamanan di Laut Merah. Dengan demikian, kapal-kapal kargo tak diganggu lagi kelompok Houthi saat melintasi Laut Merah.

Mereka menyatakan, gangguan di perairan tersebut memicu rintangan terhadap perdagangan. Bila kondisi ini dibiarkan terlalu lama, dampaknya akan mengganggu perekonomian Eropa juga, termasuk Jerman.

Sejauh ini, Jerman tak ambil bagian dalam pengamanan wilayah selatan Laut Merah dan Teluk Aden yang dipimpin AS. Terdapat sekitar 21 negara tergabung dalam patroli yang disebut dengan operasi Prosperity Guardian.

‘’Mengamankan rute perdagangan maritim bukan hanya kepentingan ekonomi Jerman, ini bagian mendasar dari keamanan nasional,’’ kata Wolfgang Niedermark, anggota Dewan Eksekutif BDI, sebuah organisasi payung industri Jerman, lewat email, Selasa (9/1/2024).

Pemerintah Jerman, kata dia, sekarang harus mengambil tanggung jawab tanpa menunda-nunda waktu lalu. Ambil langkah yang diperlukan bersama negara sekutu lainnya guna melindungi rute laut melalui Terusan Suez yang saat ini terancam oleh Houthi.

Menurut dia, Jerman saat ini merupakan kekuatan ketiga dunia dalam perdagangan, makanya harus aktif mengambil tindakan. Sementara, Kementerian Pertahanan Jerman mengevaluasi soal kemungkinan bergabung dalam patrol gabungan yang dipimpin AS.

Perusahaan besar Jerman, termasuk BASF, Bayer, Siemens, dan Thyssenkrupp bergantung pada mulusnya aliran barang-barang global, termasuk melalui Laut Merah. Kawasan ini menjadi transit sekitar 10 persen barang ekspor impor Jerman.

Berdasarkan data German Shipowners' Association,...


Berdasarkan data German Shipowners' Association, dengan pangsa pasar 10,7 persen, Jerman masuk menjadi salah satu pasar pengapalan kontainer terbesar dunia. Niedermark menuturkan, ketegangan di Laut Merah menimbulkan ketidakpastian.

Kondisi itu menyebabkan tertundanya kedatangan kapal sesuai jadwal dan perusahaan-perusahaan Jerman mengeluarkan ongkos tambahan yang besar. ‘’Industri yang bergantung pada pasokan bahan mentah atau komponen dari Asia terdampak situasi di Laut Merah,’’ katanya.

Pernyataan asosiasi industri Jerman itu merupakan yang paling keras disampaikan industri di Jerman. Mereka menyatakan, tertundanya suplai komoditas perdagangan di salah satu urat nadi perairan dunia akan mengganggu perusahaan dan bisnis dalam negeri.

Padahal, mereka juga telah mengalami kesulitan akibat resesi ekonomi dunia. Perusahaan-perusahaan pengapalan global telah mengalihkan rute, menyusul serangan kelompok Houthi yang berbasis di Yaman dan mempunyai afiliasi dengan Iran.

Serangan ini Houthi lakukan untuk menunjukkan dukungan terhadap perjuangan Hamas melawan Israel di Gaza. Perusahaan seperti Maersk, pada Jumat lalu menyatakan akan menghindari dari rute Laut Merah, melahirkan kekhawatiran terganggunya alur perdagangan lebih lama.

Sebab, menghindari Terusan Suez yang menghubungkan Laut Merah dengan Mediterania dan memilih Tanjung Harapan, Afrika menambah ongkos bahan bakar sebesar 1 juta dolar AS. Selain menambah panjang 10 hari perjalanan dari Asia menuju Eropa utara.

Kenyataan ini meningkatkan keprihatinan selain pada inflasi global sebab semua yang terjadi di Laut Merah, membuat perusahaan membebankan harga jual lebih tinggi kepada konsumen. (reuters/han)

sumber : https://diplomasi.republika.co.id/posts/263072/industri-terganggu-militer-jerman-didesak-gabung-as-jaga-laut-merah
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement