REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, mengatakan keputusan Maruarar Sirait keluar dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyiratkan pertanda ada masalah atau kekacauan di internal partai berlambang banteng tersebut.
Ujang menyebut, keluarnya Maruarar atau yang akrab disapa Ara itu akan memberi dampak negatif terhadap upaya pemenangan capres-cawapres yang diusung PDIP, yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Hal itu lantaran Ara memiliki simpatisan tidak sedikit.
"PDIP sedang berjuang utk bisa memenangkan pilpres. suka tak suka ini ada pertanda perpecahan di internal PDIP. Paling tidak berdampak pada pemenangan Ganjar-Mahfud," kata Ujang di Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Dengan keputusan Ara yang notabene salah satu simbol kader muda PDIP, kata Ujang, juga bisa berdampak kepada penurunan suara PDIP pada Pemilu 2024. Pasalnya, Ara dikenal memilliki pemilih dan pendukung yang loyal. Alhasil, PDIP akan dinilai sedang ada masalah dan tidak mampu menjaga kader terbaiknya untuk bertahan.
Meski begitu, keluarnya Ara dari PDIP lanjut Ujang bukanlah sesuatu hal yang mengagetkan. Karena selama 10 tahun terakhir, sambung dia, peran Ara di PDIP sudah mulai ditiadakan. Ara tidak punya posisi lagi di struktural DPP PDIP. Kemudian pada Pemilu 2019, PDIP memindahkan daerah pemilihan (dapil) Ara sehingga ia gagal meneruskan kariernya di DPR RI.
Ara sudah tiga periode, yakni 2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2019, bisa lolos ke Senayan melalui Dapil Jabar IX mencakup Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang. Namun tiba-tiba pada Pemilu 2019, Ara dipindah ke Dapil Jabar III mencakup Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor.
Alhasil, Ara gagal kembali ke Senayan. Tapi jauh sebelum kegagalan bertahan di DPR RI, menurut Ujang, Ara merasa kecewa terhadap partainya sejak tahun 2014. Dia yang semula akan diplot menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, gagal dilantik.
Padahal di hari pelantikan di istana, Ara sudah mengenakan kemeja putih. Ara merasa kecewa berat karena dirinya salah satu aktor penting yang menggerakkan mesin pemenangan Jokowi. Namun, Jokowi tidak jadi melantik Ara karena tak mendapat rekomendasi dari PDIP.
"Ini akumulasi kekecewaan Ara di internal PDIP. Kita sudah tahu Ara sudah lama tersingkir, tidak punya peran, sudah lama tidak punya masa depan di PDIP. Kita tahu ketika 2014, Ara akan dilantik oleh Pak Jokowi sebagai menteri sudah pakai baju putih tapi gagal," ucap Ujang.
Ujang meyakini, setelah hengkang dari PDIP, Ara akan merapat lagi kepada Jokowi. Karena secara pergaulan, Ujang melihat, Ara memang lebih dekat kepada Jokowi ketimbang elite di PDIP.