REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Afriansyah Noor menegaskan, pihaknya tidak pernah memaksa orang untuk memilih pasangan capres-cawapres nomor urut 2. Dia memastikan, pernyataan pihak lain bahwa ada paksaan mendukung Prabowo-Gibran adalah fitnah belaka.
"Pemilu ini rakyat harus riang, gembira, senang, dan tidak ada tekanan. Kita tidak pernah memaksa orang untuk mendukung Prabowo-Gibran dengan cara paksa, tidak ada itu," kata Afriansyah dalam acara deklarasi dukungan Relawan Pasukan Gemoy Indonesia (Relawan Pagi) kepada Prabowo-Gibran di depan rumah Prabowo Subianto, Jakarta Selatan, Selasa (16/1/2024).
Afriansyah merasa perlu menyampaikan penegasan teresebut karena dia melihat belakangan muncul informasi bahwa kubu Prabowo-Gibran memaksa orang memilih pasangan nomor urut 2 itu. Dia memastikan informasi tersebut "ngawur" dan "fitnah bin fitnah".
Hal itu, kata dia, terbukti dari dukungan yang diberikan Relawan Pagi secara sukarela pada hari ini. Bahkan, anggota Relawan Pagi mendeklarasikan dukungan di kediaman Prabowo meski Menteri Pertahanan itu sedang tidak berada di rumah.
Terkait upaya pemenangan, Afriansyah meminta para relawan untuk terus mengkampanyekan Prabowo-Gibran hingga akhir masa kampanye agar berhasil menang satu putaran. Menurutnya, kemenangan dalam satu putaran adalah keharusan.
"Kenapa saya bilang kita harus menang satu putaran? Pertama menghemat waktu. Kedua menghemat biaya negara, karena biaya pilpres putaran kedua Rp 27 triliun," kata Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang (PBB) itu.
Survei nasional yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada akhir Desember 2023 lalu mendapati elektabilitas Prabowo-Gibran 46,7 persen. Artinya, pasangan tersebut butuh tambahan suara sekitar empat persen lagi untuk mengunci kemenangan dalam satu putaran.