Rabu 17 Jan 2024 09:00 WIB

Ketua KPU Ajak Umat Beragama Redam Kekerasan Verbal Jelang Pemilu 2024

Pemilu 2024 harus berjalan lancar.

Ketua KPU Hasyim Asyari saat menghadiri sidang lanjutan perkara dugaan pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu (KEPP) yang melibatkan Ketua dan Anggota KPU RI di Ruang Sidang DKPP, Jakarta, Senin (15/1/2024). Persidangan yang  beragendakan pemeriksaan saksi ahli ini terkait dugaan pelanggaran kode etik KPU karena telah menerima pendaftaran Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden, pascaputusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua KPU Hasyim Asyari saat menghadiri sidang lanjutan perkara dugaan pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu (KEPP) yang melibatkan Ketua dan Anggota KPU RI di Ruang Sidang DKPP, Jakarta, Senin (15/1/2024). Persidangan yang beragendakan pemeriksaan saksi ahli ini terkait dugaan pelanggaran kode etik KPU karena telah menerima pendaftaran Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden, pascaputusan Mahkamah Konstitusi (MK).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy'ari mengajak seluruh umat beragama di Indonesia untuk bersama-sama meredam potensi kekerasan verbal jelang pemilihan umum (Pemilu).

"Penting MUI dan majelis tinggi agama di Indonesia menyampaikan pesan-pesan perdamaian untuk menjaga persaudaraan keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan," ujar Hasyim dalam Silaturahim Nasional Majelis Agama di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Hasyim mengatakan kekerasan secara fisik memang sudah tidak ada dalam pesta demokrasi lima tahunan. Namun kekerasan dalam bentuk verbal kerap bermunculan terutama di media sosial.

Kekerasan verbal yang muncul, kata dia, berupa penyebaran berita bohong (hoaks) dan penyebaran fitnah.

"Padahal kita sebagai umat beragama cukup memahami, utamanya orang Islam, sebagaimana disebutkan dalam Alquran kalau fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Pesan inilah yang harus kita sebarkan untuk memegang teguh ciri-ciri kemanusiaan," katanya.

Maka dari itu, Hasyim meminta masyarakat untuk tidak menggunakan aib seseorang atau pasangan calon tertentu sebagai instrumen elektoral untuk meraup suara rakyat.

"Maka kemudian ini menjadi penting untuk menyampaikan khotbah perdamaian tentang kepemiluan untuk tetap menjaga ukhuwah atau persaudaraan di tengah tahun politik," kata Hasyim.

Silaturahim Nasional yang diinisiasi MUI ini dihadiri sejumlah tokoh Ormas Islam dan para pemuka agama yang dihelat di Grand Sahid, Jakarta.

Mereka yang hadir di antaranya Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr. Antonius Subianto Bunyamin, Ketum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Gomar Gultom, hingga Ketum Permabudhi Philip K. Widjaya.

Kegiatan tersebut diisi dengan penyampaian dari perwakilan masing-masing majelis agama dan ditutup dengan deklarasi untuk Pemilu jujur, adil, aman, dan damai.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement