REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM, mengimbau warga agar mewaspadai awan panas guguran Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara.
"Kubah lava lama masih ada di puncak yang sewaktu waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangan yang dibagikan Kepala Pos PGA Karangetang, Yudia P Tatipang dalam grup percakapan Info Gunung Karangetang di Manado, Kamis (18/1/2024).
Dia mengatakan, karakteristik awan panas guguran gunung api itu terjadi dari penumpukan material lava yang gugur atau longsor.
"Akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah-lembah jalur luncuran/guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava ke bagian hilir sehingga perlu kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya," ujarnya.
Kewaspadaan juga diharapkan bagi masyarakat yang akan melintasi lembah/sungai tersebut serta perlu diwaspadai terjadinya lahar saat terjadi hujan di puncak. "Kondisi visual tidak teramati adanya kejadian guguran/erupsi efusif," ujarnya.
Sementara dari seismisitas, jenis gempa permukaan seperti gempa embusan dan gempa hibrid/fase banyak mendominasi kegempaan gunung di Pulau Siau. Kejadian tersebut, menurut Hendra, merupakan kesetimbangan dari kubah lava di permukaan.
Sebelumnya, Gunung Karangetang mengalami erupsi efusif pada Februari 2023, statusnya kemudian dinaikkan menjadi Siaga setelah terjadinya serentetan peningkatan aktivitas vulkanik.