Sabtu 20 Jan 2024 13:21 WIB

Pendarat Bulan Jepang Sampai Tujuan tapi Kehabisan Energi

Jepang menjadi negara kelima yang mendaratkan pesawat di bulan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Model ukuran sebenarnya dari Lunar Excursion Vehicle 2 (LEV-2) seukuran telapak tangan di Kampus Sagamihara Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), di Sagamihara dekat Tokyo, Jumat, 19 Januari 2024, sebelum operasi pendaratan di bulan yang tepat oleh pesawat ruang angkasa Smart Lander for Investigating Moon (SLIM).
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Model ukuran sebenarnya dari Lunar Excursion Vehicle 2 (LEV-2) seukuran telapak tangan di Kampus Sagamihara Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), di Sagamihara dekat Tokyo, Jumat, 19 Januari 2024, sebelum operasi pendaratan di bulan yang tepat oleh pesawat ruang angkasa Smart Lander for Investigating Moon (SLIM).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) mengungkapkan bahwa misi penjelajah robot Jepang yang dikenal sebagai "Moon Sniper" sukses mendarat di permukaan bulan, tetapi kemungkinan misi tersebut terancam, karena sel surya pesawat ruang angkasa tersebut tidak menghasilkan listrik dengan baik. Badan tersebut mengonfirmasi pendarat tersebut berhasil mendarat dengan tepat dan mengindikasikan komunikasi yang sesuai dengan harapan.

Dilansir CNN pada Sabtu (20/1/2024), ini menjadikan Jepang sebagai negara kelima yang berhasil mendaratkan pesawat di bulan pada abad ini. Misi sebuah misi tidak berawak, Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) mendarat pada Jumat (19/1/2024) pukul 10.20 ET, atau Sabtu (20/1/2024) pukul 12.20 Waktu Standar Jepang, berdasarkan data telemetri yang dibagikan dalam siaran langsung JAXA.

Baca Juga

Sayangnya, saat ini pendarat beroperasi dengan daya baterai terbatas yang diperkirakan hanya akan bertahan beberapa jam, karena sel surya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tim JAXA sedang menyelidiki penyebab potensial masalah sel surya dan langkah selanjutnya.

Ada harapan bahwa saat sudut matahari berubah di bulan, sel surya bisa mengisi daya kembali. Namun, keberhasilan ini bergantung pada apakah SLIM dapat bertahan di malam bulan yang sangat dingin. Selama pendaratan, SLIM berhasil melepaskan dua penjelajah bulan, LEV-1 dan LEV-2, yang dilengkapi dengan kamera dan peralatan ilmiah.

Badan tersebut menyatakan bahwa mereka percaya misi ini telah memenuhi kriteria "keberhasilan minimum" karena berhasil mendarat dengan tepat di permukaan bulan. Meskipun tim JAXA terus menganalisis data untuk menentukan langkah selanjutnya, mereka menghadapi tantangan karena pesawat ruang angkasa mungkin tidak menghadap ke arah yang diinginkan, yang dapat menjadi penyebab masalah sel surya.

Dalam sebuah konferensi pers, direktur jenderal JAXA, Hitoshi Kuninaka memberikan nilai "60 dari 100" untuk operasi pendaratan SLIM. Dia menyatakan bahwa penilaian ini bersifat provisional. Tim juga sedang berusaha mengumpulkan semua data ilmiah yang diperoleh dari pendarat.

SLIM, yang diberi julukan "Moon Sniper" karena teknologinya yang presisi, diluncurkan pada September lalu untuk mendemonstrasikan pendaratan "tepat" di area yang sangat terbatas, hanya 100 meter lebarnya. Pendarat ini menggunakan teknologi navigasi berbasis pencocokan gambar untuk melakukan pendaratan yang presisi dan mengubah paradigma pendaratan di permukaan bulan.

Perlombaan luar angkasa ke bulan terus berlanjut, dan berbagai badan antariksa serta negara bersaing untuk mencapai keberhasilan dalam misi pendaratan di bulan yang penuh tantangan. Tantangan utama termasuk mengakses air yang terperangkap sebagai es di kutub selatan bulan, yang dapat menjadi sumber potensial untuk air minum dan bahan bakar dalam eksplorasi ruang angkasa masa depan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement