REPUBLIKA.CO.ID, EL-ARISH -- Pemerintah Mesir tidak memungut biaya bagi para korban perang asal jalur Gaza yang dirawat di Mesir. Manajer RS Bir el-Abd, Sinai Utara, dr Tamr Hamdi Ahmad mengatakan, rumah sakit pemerintah tersebut menggratiskan biaya pengobatan bagi warga Gaza. Menurut Tamr, pasien asal Gaza yang menjalani rawat inap di rumah sakit tersebut meningkat setelah perang.
Dia mengatakan, bila total pasien rawat inap sebelumnya mencapai 48 orang, maka setelah perang jumlah pasien melonjak sampai 64 orang. Dari jumlah tersebut, kebanyakan pasien berasal dari Gaza. Saat ini, ujar dia, ada sebanyak 46 orang pasien Gaza yang menjalani rawat inap.
Para pasien akan mendapatkan rujukan dari rumah sakit di Rafah untuk mendapat perawatan di El-Arish. "Kondisi mereka apabila sudah tidak memungkinkan untuk dirawat di Rafah maka akan dirawat disini, " ujar dia saat berbincang dengan tim BSMI di RS Bir El-Abd, Sinai Utara, Mesir, Sabtu (20/1/2023) malam.
Tamr mengatakan, banyak pasien Gaza menjalani operasi di tempat tersebut. Mereka juga mendapatkan pengobatan pasca trauma, terutama bagi pasien yang harus diamputasi. Setelah kesehatan para pasien sudah pulih, mereka akan ditempatkan di beberapa titik pengungsian bersama keluarga masing-masing.
Selama perang terjadi, Tamr mengatakan, banyak lulusan fakultas kedokteran dari Kairo yang dikerahkan untuk menangani pasien dari Gaza. Tak hanya dokter umum, kampus-kampus terkemuka juga mengirimkan dokter-dokter spesialis. Meski demikian, pihaknya mengaku kekurangan stok untuk alat-alat medis, termasuk implan.
Ketua Dewan Pembina BSMI Prof Basuki Supartono mengatakan, BSMI akan berupaya membantu ketersediaan implan bagi korban-korban Gaza yang cedera. Implan ortopedi merupakan alat medis yang dirancang untuk menggantikan tulang, sendi atau tulang rawan yang rusak.
Menurut Basuki, pihaknya sedang berupaya untuk mencari implan tersebut di sekitar Mesir. "Tujuannya juga untuk menghidupkan ekonomi Mesir, " jelas dia.