Kamis 25 Jan 2024 08:50 WIB

Pengamat: Gibran Tampilkan Gimik Serang Lawan-Lawan Politiknya

Apa yang dilakukan Gibran dengan lebih banyak menanyakan terminologi justru defensif.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Debat cawapres antara Abdul Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.
Foto: Republika.co.id
Debat cawapres antara Abdul Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis politik dari Universitas Jember (Unej), Muhammad Iqbal, menilai cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, belum matang dan tak punya kecerdasan emosional yang memadai. Dia menyimpulkan hal itu seusai menyaksikan jalannya debat keempat Pilpres 2024 yang digelar di JCC Senayan, Ahad (21/1/2024) malam WIB.

Dalam debat tersebut, menurut Iqbal, Gibran cenderung sibuk menampilkan gimik dan menyerang personal lawan-lawan politiknya. Di lain sisi, dua cawapres lainnya, yaitu Mahfud MD dan Abdul Muhaimin Iskandar, justru terlihat lebih substansial dalam beradu gagasan.

"Cara yang dilakukan Pak Mahfud dan Cak Imin itu tampak jelas sudah berupaya untuk menguasai paradigma dari kebijakan dari tema debat yang tentang pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup, agraria, pertanian, masyarakat adat dan desa. Gibran, menurut saya tidak dalam menyampaikan sudut pandang paradigma kebijakan atau level pada policy maker," ucap Iqbal kepada wartawan di Jakarta, Rabu (25/1/2024).

Dalam komunikasi debat, menurut Iqbal, terdapat dua strategi yang lazim digunakan, yakni komunikasi suportif dan komunikasi defensif. Komunikasi suportif lebih mendorong diskusi yang setara dan terbuka. Komunikasi defensif menonjolkan siasat menjatuhkan lawan ketimbang adu gagasan.

"Apa yang dilakukan oleh Gibran dengan lebih banyak menanyakan terminologi itu justru cenderung kepada defensif. Artinya, strategi untuk bagaimana melontarkan istilah atau terminologi yang sifatnya cenderung demonstratif, berupaya untuk menjebak Mahfud dan Muhaimin dengan beberapa pertanyaan itu," ucap Iqbal.

Dalam salah satu segmen debat, Gibran sempat melontarkan pertanyaan mengenai greenflation atau inflasi hijau kepada Mahfud tanpa merinci penjelasan terminologi itu. Gibran juga sempat 'mengejek' Mahfud yang ia anggap sama sekali tak menjawab pertanyaan.

Serupa, pada segmen kelima debat, Gibran menanyakan alasan tim kampanye paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) menggaungkan soal maksimalisasi penggunaan lithium ferrophosphate (LFP) dalam baterai kendaraan listrik. Gibran juga irit penjelasan soal LFP.

Iqbal memandang, taktik Gibran dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan jebakan itu menunjukkan kecongkakan. Pasalnya, Gibran terlihat seolah sudah menyiapkan gimik untuk melecehkan Mahfud dan Cak Imin di panggung debat.

"Dia banyak main gimik, tapi tim suksesnya memfabrikasi. Misalnya, soal Gibran salaman dengan Mahfud (usai debat). Itu dianggap kesopanan sebagai anak muda. Itu bagian upaya untuk mengelabui persepsi publik, untuk dikacaukan. Padahal, memang dia tidak matang secara pengalaman," ucap Iqbal.

Menurut Iqbal, Mahfud terlihat memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang lebih mumpuni ketimbang para cawapres lainnya. Pun Muhaimin tampak memperlihatkan kecerdasan situasional. Hal itu terlihat saat Mahfud dan Muhaimin tetap tenang saat menerima sindiran dari Gibran.

Keduanya secara elegan juga bisa mengembalikan serangan Gibran dengan kritik tersirat. Iqbal menyebut, Mahfud memang sempat terpancing emosi ketika ditanya greenflation.

"Tetapi, dia dengan kematangannya tetap sabar dan tidak mau meladeni. Gibran juga menyerang Cak Imin yang menjawab dengan contekan. Justru dengan sangat tenang dan santai, Cak Imin menjawab, 'Iya, saya memang melihat catatan. Tapi, yang penting ini bukan catatan Mahkamah Konstitusi'," ujar Iqbal.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement