Kamis 25 Jan 2024 09:52 WIB

Tingkatkan Minat Pemuda Bertani dengan Smart Farming

Permasalahan di sektor pertanian tak cukup diselesaikan dengan siste, tradisional.

Red: Setyanavidita livicansera
Guru pembimbing mengawasi siswi memeriksa sayuran hidroponik di kebun Sekolah SMPN 2 Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (17/1/2023). Pemerintah Kota Kendari mewajibkan seluruh SMP dan SD se-Kota Kendari memanfaatkan pekarangan sekolah sebagai lahan pertanian dengan menanam berbagai sayuran, cabai dan tomat. ANTARA FOTO/Andry Denisah/Zk/pras.
Foto: ANTARA FOTO/Andry Denisah
Guru pembimbing mengawasi siswi memeriksa sayuran hidroponik di kebun Sekolah SMPN 2 Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (17/1/2023). Pemerintah Kota Kendari mewajibkan seluruh SMP dan SD se-Kota Kendari memanfaatkan pekarangan sekolah sebagai lahan pertanian dengan menanam berbagai sayuran, cabai dan tomat. ANTARA FOTO/Andry Denisah/Zk/pras.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengamat pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dwi Apri Nugroho, menyebutkan konsep smart farming atau pertanian pintar bakal menarik minat generasi muda untuk terjun di sektor pertanian. "Smart farming hadir sebagai terobosan baru metode pertanian cerdas yang memadukan teknologi sensor tanah dan cuaca dengan 'agri drone sprayer' (drone pertanian penyemprot pestisida-red)," kata Bayu di Kampus UGM Yogyakarta, Rabu, (24/1/2024).

Dia menuturkan dalam beberapa dekade terakhir, jumlah pemuda yang memilih bertani menurun drastis karena lebih memilih merantau atau bekerja di sektor lain. Sehingga di desa, hanya tersisa generasi tua yang masih mau menggarap sawah.

Baca Juga

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, Bayu mengakui permasalahan di sektor pertanian tidak cukup hanya diselesaikan dengan mengandalkan sistem tradisional secara turun temurun. Melalui konsep smart farming, kata dia, para petani dapat memanfaatkan bantuan teknologi informasi untuk mengakses data dari sensor maupun drone atau pesawat nirawak secara realtime, akurat dan nyata melalui telepon pintar.

Bayu mengatakan sektor pertanian hingga saat ini masih berkontribusi positif dalam mewujudkan pembangunan di tanah air. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dia menyebutkan sektor pertanian masih menjadi salah satu dari tiga sektor utama penggerak ekonomi nasional setelah industri dan perdagangan.

Dia mengatakan kebijakan pangan pemerintah yang direpresentasikan dalam berbagai program terobosan pembangunan pertanian bertujuan untuk mencapai kedaulatan pangan, peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat umum. Menurut dia, pemerintah dan masyarakat perlu bersinergi dan berinovasi dalam pengembangan pertanian, salah satunya melalui pengembangan teknologi digital dalam konsep pertanian pintar. "Teknologi digital ini dapat dimanfaatkan selama proses 'on farm' dan 'off farm'," kata Bayu.

Melalui teknologi, kata dia, informasi harga, ketersediaan komoditas pertanian seperti bibit dan pupuk, luas tanaman komoditas, hingga prediksi masa panen dapat diakses petani dalam waktu yang cepat. Karena itu, dia meyakini selain menarik minat pemuda, pemanfaatan teknologi dalam smart farming akan mampu meningkatkan kesejahteraan para petani.

"Pengembangan penggunaan teknologi seperti ini sangat dibutuhkan untuk pertanian di Indonesia," kata Bayu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement