REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat Dr dr Tan Shot Yen tidak menganjurkan penambahan bumbu pada makanan pendamping air susu ibu (MPASI) yang dikonsumsi oleh bayi yang sedang belajar makan. Orang tua tidak perlu khawatir anak tidak mengenal rasa makanan tertentu jika tidak ditambahkan bumbu, seperti gula atau garam, karena beberapa jenis makanan mengandung gula atau garam alami.
"Betul banget bahwa MPASI itu akan meningkatkan khazanah rasa dari seorang anak. Tapi, asal tahu ya, anak ini bukan dewasa mini," katanya dalam diskusi mengenai MPASI yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (2/2/2024).
Menurutnya, bayi yang sedang belajar mengenal berbagai rasa makanan hanya memiliki organ yang kecil, sehingga akan berbahaya jika MPASI diberikan tambahan bumbu oleh orang tua.
"Itu ginjalnya belum berfungsi sempurna. Jadi kalau anda lihat, di poster Kemenkes, itu (usia) 6-8 bulan cuma butuh 0,1 gram garamnya," ungkapnya.
Ia mengatakan 0,1 gram garam dapur atau natrium sebanding dengan seperdelapan sendok teh garam yang tidak memiliki rasa apapun jika orang dewasa memasukkannya ke dalam makanan yang dimakan.
"Jadi, tolong diingat ya, natrium itu tidak selalu didapat dari garam dapur. Natrium itu sumbernya kan banyak, dari protein ada natriumnya. Jangan salah, anda punya bayam ada natriumnya, anda punya brokoli ada natriumnya. Justru yang barangkali anda perlu beri supaya anaknya juga punya rasa makanan yang mirip orang tuanya, itu adalah rempah," tambahnya.
Menurutnya, berbagai jenis rempah, seperti ketumbar dan kemiri bisa diberikan kepada anak untuk menambah kemampuannya dalam mengenal citarasa makanan.
"Jadi, coba dikreasikan dengan memberikan berbagai macam makanan yang berkreasi dan pastinya panganan lokal," tutur Tan Shot Yen.
Sebelumnya, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Lovely Daisy mengatakan pemberian MPASI merupakan upaya intervensi untuk membantu tumbuh kembang anak agar dapat berkembang lebih baik, serta mencegah anak dari sejumlah penyakit dan stunting.
"Ternyata, MPASI yang diberikan oleh ibu, yang diberikan oleh pemasok, itu tidak mencukupi nutrisinya. Ini yang perlu kita perbaiki, kita sosialisasikan kepada masyarakat. Selain itu, saat ini kemungkinan anak-anak kita banyak yang sakit dan nutrisinya juga tidak cukup," tambahnya.
Untuk menghadapi hal tersebut, Kemenkes melakukan sejumlah upaya guna meningkatkan cakupan ASI eksklusif dan MPASI, di antaranya mengadakan pelatihan konseling menyusui dan penyegaran konselor ASI, pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), telekonseling menyusui, penyiapan indikator data rutin ASI dan MPASI, serta dukungan PMBA melalui Gizi Bencana.