Senin 05 Feb 2024 10:55 WIB

Studi: Polusi Mobil Listrik 40 Persen Lebih Rendah

Mobil listrik diprediksi akan lebih ramah lingkungan dan minim polutan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Di masa depan mobil listrik akan lebih ramah lingkungan dan lebih minim polutan.
Foto: www.pixabay.com
Di masa depan mobil listrik akan lebih ramah lingkungan dan lebih minim polutan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kendaraan listrik (EV) saat ini telah memiliki jejak iklim siklus hidup yang lebih rendah daripada mobil internal combustion engine (ICE) yang menggunakan bahan bakar fosil. Dan sebuah studi terbaru memprediksi bahwa di masa depan, EV akan lebih ramah lingkungan dan lebih minim polutan.

Menurut kajian dari Institute for Energy and Environmental Research (ifeu) yang ditugaskan oleh Badan Lingkungan Hidup Jerman (UBA), kendaraan Listrik yang terdaftar pada 2020, 40 persen lebih ramah lingkungan dibanding dengan mobil bermesin pembakaran. Dengan ekspansi yang cepat dari pembangkit listrik terbarukan, manfaat iklim ini dapat meningkat menjadi 55 persen untuk mobil yang terdaftar pada tahun 2030.

Baca Juga

Ifeu mengevaluasi dampak lingkungan dan iklim dari mobil penumpang dan kendaraan komersial dengan sistem penggerak konvensional dan alternatif, berdasarkan siklus hidup kendaraan secara keseluruhan, mulai dari produksi hingga penggunaan dan pembuangan.

“Ini menunjukkan bahwa EV yang terdaftar pada tahun 2020 lebih buruk dalam hal efek lingkungan lain seperti pengasaman. Badan lingkungan mengatakan bahwa kelemahan ini sebagian besar disebabkan oleh pembangkit listrik bahan bakar fosil di jaringan, yang sedang dihapuskan. Pada tahun 2050, mobil listrik akan unggul dari mobil dengan mesin pembakaran dalam semua dampak lingkungan yang dianalisis,” kata UBA seperti dilansir The Driven, Senin (5/2/2024).

Kendaraan listrik dianggap sebagai komponen kunci dalam mencapai target iklim Jerman, dan pemerintah menargetkan penggunaan 15 juta listrik di jalan pada 2030.

“Untuk membuat pembelian EV lebih menarik, mobil dengan emisi CO2 yang lebih tinggi harus dikenakan biaya tambahan pada registrasi baru di masa depan,” kata kepala UBA Dirk Messner, berargumen bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk tetap mencapai tujuan pemerintah.

Target ambisius tersebut terlihat semakin sulit tercapai mengingat penjualan yang menurun. Pakar industri juga tetap skeptis, memprediksi 11 juta kendaraan listrik di jalan-jalan Jerman pada tahun 2030, dengan 13 juta perkiraan optimis. Pemerintah Jerman tiba-tiba mengakhiri program subsidi mobil listriknya pada akhir 2023 setelah kesepakatan penghematan untuk mengatasi krisis anggaran.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement