REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ada makna yang lebih luas tentang mencari rezeki. Aktivitas ini bukan sekadar mencari kebutuhan hidup sehari-hari atau urusan duniawi. Melainkan mencari rezeki juga berkaitan dengan akhirat.
Maka dari itu banyak riwayat yang mendorong manusia bekerja keras mencari rezeki walaupun dalam kondisi sulit. Sebab berusaha mencari rezeki sama saja seperti berjuang di jalan Allah. Karena itu seseorang bisa mati mulia karena sedang mencari rezeki.
Irwan Kurniawan dalam bukunya "Mengetuk Pintu Rezeki" menyebutkan beberapa riwayat mengenai kemuliaan mencari rezeki walaupun dalam kondisi sulit. Dari Abdullah bin al-Hajjaj: Ja'far ash-Shadiq As berkata, "Muhammad bin al-Munkadir pernah berkata ingin menasihati Muhammad bin Ali bin Abi Thalib namun justru sebaliknya dia yang menasehatinya.
Ketika itu Muhammad bin al-Munkadir pergi ke Madinah pada hari yang panas. Lalu Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, seorang yang gemuk dan berbadan besar dan dipapah oleh dua budak hitam menemunya. Menyaksikan kondisi Muhammad bin Ali bin Abi Thalib yang tetap mencari rezeki, ap-Munkadir dalam hatinya hendak menasehatinya karena melihat kondisinya yang tidak sehat.
Ketika al-Munkadir menyapa dengan salam, Muhammad bin Ali bin Abi Thalib menjawab salamnya dengan nafas terengah-engah dan berkeringat. Al-Munkadir lalu bertanya kepada Muhammad bin Ali bin Abi Thalib bagaimana jika ajal tiba sementara Muhammad bin Ali bin Abi Thalib dalam kondisi sengsara saat mencari rezeki?
Mendapatkan jawaban Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Al-Munkadir gagal memberikan nasehat. Pasalnya, Muhammad bin Ali bin Abi Thalib berkata, "Jika kematian datang kepadaku, sementara aku dalam keadaan seperti ini, maka ia datang kepadaku dalam keadaan aku melaksanakan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla karena aku telah mencegah diri dan keluargaku dari bergantung kepadamu dan kepada orang lain. Justru aku khawatir jika kematian datang kepadamu, sementara kamu sedang melakukan kemaksiatan kepada Allah. Jawaban Muhammad bin Ali bin Abi Thalib tersebut membuat al-Munkadir merasa dinasehati.
Riwayat lainnya yang menguatkan tentang anjuran mencari rezeki dalam keadaan apapun yaitu dari Musa bin Bakr: Musa al-Kazhim As berkata kepada saya, "Barangsiapa mencari rezeki yang halal agar dapat menafkahi diri dan keluarganya, dia seperti orang yang berjuang di jalan Allah.
Dari Abu Hamzah: Muhammad al-Baqir As berkata, "Barangsiapa mencari keduniaan agar tidak bergantung kepada orang lain, berusaha untuk menafkahi keluarganya dan berbelas kasih kepada tetangganya, dia akan menemui Allah Azza wa Jalla pada hari kiamat dengan wajah yang bercahaya seperti bulan purnama".
Allah Swt meminta kepada manusia agar menyertai tawakal dalam mencari rezeki. Sebab tawakal salah jalan terbukanya pintu rezeki. Sebagaimana firman Allah dalam Surah at-Talaq ayat 3:
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Wa yarzuqhu min ḥaiṡu lā yaḥtasib(u), wa may yatawakkal ‘alallāhi fa huwa ḥasbuh(ū), innallāha bāligu amrih(ī), qad ja‘alallāhu likulli syai'in qadrā(n).
Artinya: "dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu."