ALIGARH – Pemilu di India dijadwalkan berlangsung pada April dan Mei 2024. Muslim menjadi salah satu lumbung suara bagi partai berkuasa saat ini Bharatiya Janata Party (BJP), pemerintahan di bawah kendali Perdana Menteri Narendra Modi.
Meski banyak kebijakan mendiskriminasi Muslim, mereka juga membidik suara Muslim demi menang pemilu. Kelompok Hindu, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) yang mempunyai hubungan dekat dengan Modi bergerak mengamankan suara Muslim.
RSS menempatkan Muslim yang loyal kepada mereka di posisi pimpinan pada universitas-universitas Muslim di India. Sejumlah pejabat mengungkapkan, ini bagian dari upaya mendulang suara Muslim pada pemilu mendatang.
Pada masa mudanya, Modi juga bergabung dengan RSS. Kelompok inilah juga yang secara de facto membidani BJP. Pada dua pemilu lalu, BJP mendulang 9 persen suara pemilih Muslim dan pada pemilu tahun ini ditargetkan meningkat menjadi 17 persen.
Sejumlah jajak pendapat mengungkapkan, BJP yang tak memiliki satu pun anggota Muslim di parlemen, mampu dengan mudah menang pada pemilu kali ini untuk ketiga kalinya.
‘’Tentu saja, BJP bakal mendulang persentase suara lebih besar dari pemilih Muslim dibandingkan sebelumnya,’’ kata pemimpin senior RSS Indresh Kumar, seperti dilansir Reuters, Senin (12/2/2024). Terutama kelompok miskin Muslim dari total 200 juta penduduk Muslim di sana.
Namun sebenarnya, selama ini Muslim menjadi korban kebijakan diskriminatif BJP dan pemerintahan Modi. Muslim dan kelompok pembela HAM menyatakan, anggota BJP dan kelompok afiliasinya gencar mempromosikan ujaran kebencian terhadap Muslim.
Mereka juga menghancurkan properti milik Muslim India. Ironisnya, Modi menyangkal adanya diskriminasi itu. Sejumlah pejabat India menuturkan, langkah RSS menempatkan sekutu Muslim di universitas ternama sebelumnya tak dilaporkan.
Menurut mereka, ini juga merupakan pendekatan baru mereka. Makanya, meski RSS memiliki identitas kuat Hindu tetapi memiliki divisi yang menjalin kerja sama dengan komunitas Kristen, Sikh, dan kelompok-kelompok minoritas lainnya.
Bahka keanggotaan di divisi Muslim RSS yaitu Muslim Rashtriya Manch kini melonjak jadi satu juga yang semula hanya 10 ribu sebelum Modi menjabat perdana menteri satu dekade lalu. Shahid Sayeed sang juru bicara menyatakan divisi ini dibentuk pada 2002.
Tujuannya membangun dialog antara Muslim dengan RSS. Termasuk di lingkungan perguruan tinggi. India memiliki lebih dari sepuluh universitas untuk Muslim guna mengejar ketertinggalan pendidikan, ekonomi, dan sosial dari komunitas Hindu yang menjadi mayoritas.
Pemerintah India juga mempunyai sejumlah universitas khususnya di wilayah berpenduduk mayoritas Muslim, misalnya Kashmir. India selama beberapa dekade juga berupaya memadamkan perlawanan Muslim Kashmir.
Sayeed menuturkan, saat ini pimpinan RSS merekomendasikan 99 persen vice-chancellor (wakil rektor) atau rektor universitas Muslim berasal dari komunitas Muslim juga. Pemerintah menerima sebagian besar rekomendasi itu.
Pada masa lampau, perguruan tinggi ini dianggap anti-India, tak menghormati bendera negara, dan tak merayakan peringatan nasional seperti hari kemerdekaan dan republik.’’Kini semuanya sudah berubah,’’ ungkap Indresh Kumar.
Ia menambahkan, jaringan kerja di antara dosen terbangun baik, demikian pula mahasiswa. ‘’Rasa cinta terhadap negara terbangun di universitas-universitas tersebut,’’ kata Kumar. Sayap Muslim RSS, membuat sistem agar bisa menjangkau dosen dan anak-anak muda.
Terutama di universitas-universitas dengan mayoritasnya Muslim seperti Aligarh Muslim University, University of Kashmir, Khwaja Moinuddin Chishti Language University, Jamia Millia Islamia, Jamia Hamdard, dan Maulana Azad National Urdu University.
Wakil rektor University of Kashmir mau mengibarkan bendera pada hari kemerdekaan pada 15 Agustus lalu, setelah itu lagu kebangsaan dinyanyikan. Ini terlihat dari sebuah video yang diunggah oleh pihak universitas. Sebelumnya, ujar seorang profesor senior, itu tak terjadi.
‘’Lagu kebangsaan saat ini menjadi wajib, juga dijamin semua mahasiswa dan staf berdiri sebagai bentuk penghormatan,’’ ujar profesor tersebut.
Di Aligarh Muslim University, yang merupakan universitas Muslim terbesar dengan hampir 25 ribu mahasiswa, wakil rektor dari 2017 hingga 2023 adalah Tariq Mansoor. Ia mundur April 2023 untuk menjadi anggota parlemen negara bagian dari BJP.
Tiga bulan kemudian ia memperoleh jabatan sebagai wakil presiden partai tingkat nasional. Profesor sejarah India zaman pertengahan, Syed Ali Nadeem Rezavi menyatakan dalam beberapa tahun terakhir kian banyak anggota fakultas yang dekat dengan BJP atau anggota RSS.
‘’Wakil rektor saya tahu dia akan bisa bertahan dengan jabatan itu jika loyal pada Modiji,’’ kata Rezavi menggunakan istiilah Modiji yang merupakan panggilan kehormatan bagi Modi. Terkait hal ini, Tariq Mansoor menolak berkomentar.
Sementara, kantor Modi dan Kementerian Pendidikan tak merespons ketika dimintai pernyataan. Namun juru bicara BJP Shazia Ilmi menegaskan hal biasa kalau pemerintah memilih orang sesuai kriterianya untuk memimpin lembaga.
‘’Semua pemerintah melakukannya. Nasionalisme merupakan hal yang bagus, Muslim pun bahagia dengan nasionalisme,’’ kata Ilmi. Namun, pandangan berbeda disampaikan Roop Rekha Verma, mantan wakil rektor University of Lucknow.
‘’Jika ideologi menjadi prioritas daripada kualifikasi dan banyak orang ditempatkan melalui jalan belakang karena ideologinya, maka ini merusak suasana intelektualitas di pergurun tinggi,’’ kata Verma menegaskan. n reuters/han