REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI-Sepasang suami istri Muslim di India utara menjadi sasaran serangan Islamofobia ketika para penghuni sebuah lingkungan mewah memprotes mereka yang membeli rumah di sana.
Pasangan ini, keduanya berprofesi sebagai dokter, dilaporkan dipaksa keluar dari rumah yang baru mereka beli di kota Moradabad, negara bagian Uttar Pradesh, setelah para tetangga mereka yang beragama Hindu menolak mereka pindah karena agama mereka.
Dilansir dari independent.co.uk, Sabtu (7/12/2024), warga Hindu mengatakan bahwa pemilik sebelumnya, seorang dokter Hindu, telah menjual rumah tersebut kepada keluarga Muslim tanpa berkonsultasi dengan mereka.
"Ini adalah masyarakat Hindu di mana lebih dari 400 keluarga Hindu tinggal. Kami tidak ingin ada orang dari komunitas lain yang tinggal di sini," kata seorang pengunjuk rasa kepada kantor berita PTI.
Protes yang dimulai pada Selasa (3/12/2024) itu, warga Hindu memegang spanduk yang meminta pemilik sebelumnya untuk mengambil kembali rumahnya.
Para pengunjuk rasa mengatakan bahwa mereka telah mengajukan keluhan kepada pemerintah distrik dan polisi setempat atas keluarga Muslim yang mengambil sebuah rumah di tengah-tengah masyarakat.
"Jika satu rumah dijual, rumah-rumah lain mungkin akan menyusul, dan daerah itu akan kehilangan karakternya," ujar seorang pengunjuk rasa lainnya yang dikutip oleh Times of India.
Ashok Bajaj, yang sebelumnya memiliki rumah tersebut, mengatakan kepada BBC bahwa pasangan Muslim tersebut merasa tidak nyaman untuk tinggal di sana setelah protes tersebut.
"Kontroversi ini telah mengubah tatanan kota. Niat kami bukan untuk menciptakan keresahan dengan transaksi ini," kata Dr Bajaj. Ia menunjukkan bahwa tidak ada hukum yang melarang transaksi ini.
Warga Hindu berbaris ke kantor hakim distrik dan mengajukan keberatan atas penjualan rumah tersebut.
"Kami sedang berbicara dengan pihak-pihak terkait dan mencoba mencari solusi yang bulat dan bersahabat," kata hakim, Anuj Kumar Singh, kepada para wartawan.
BACA JUGA: Mengapa Stabilitas Suriah Penting dan Jangan Sampai Jatuh di Tangan Pemberontak?
Meskipun minoritas agama membentuk sekitar 20 persen dari 1,3 miliar penduduk India, mereka telah mengalami penganiayaan yang semakin meningkat sejak 2014, ketika Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata yang beraliran nasionalis Hindu berkuasa, demikian ungkap kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Dalam laporan tahunannya, Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika Serikat mencatat "pelanggaran berat terhadap kebebasan beragama" di India, dengan mengutip kekerasan terhadap minoritas agama dan pembongkaran rumah dan tempat ibadah mereka.