Senin 12 Feb 2024 15:48 WIB

Antusiasme WNI Berikan Hak Suara di London Sangat Baik

Ada beberapa kendala yang dihadapi PPLN London seperti pendataan pemilih.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Suasana Tempat Pemungutan Suara (TPS) di World Trade Center (WTC), Kuala Lumpur, Ahad (11/2/2024). Warga Negara Indonesia di Malaysia secara bersamaan menyalurkan suara Pemilu 2024 di Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) pada 11 Februari.
Foto: ANTARA FOTO/Virna Puspa Setyorini
Suasana Tempat Pemungutan Suara (TPS) di World Trade Center (WTC), Kuala Lumpur, Ahad (11/2/2024). Warga Negara Indonesia di Malaysia secara bersamaan menyalurkan suara Pemilu 2024 di Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) pada 11 Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri London Denny Kurniawan mengatakan antusiasme Warga Negara Indonesia (WNI) dalam mengikuti pemilihan umum yang digelar 11 Februari lalu sangat tinggi. Denny mengatakan persiapan proses pemilihan di London, Britania Raya sudah dilakukan sejak awal Februari.  

"Diawali dengan pemutakhiran data pemilih atau proses yang dikenal dengan coklit yang dilakukan oleh lima orang PPLN bersama tujuh orang panitia pendaftaran pemilih," kata Denny melalui aplikasi kirim-pesan kepada Republika, Senin (12/2/2024).

Baca Juga

Denny mengatakan pengiriman surat suara dan logistik lainnya dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) berjalan dengan lancar. Pengiriman, tambahnya dilakukan dalam dua gelombang dan telah diterima secara lengkap sejak awal bulan Januari 2024. "Sebagian logistik dilakukan pengadaan oleh PPLN sesuai petunjuk teknis KPU RI," katanya.

Denny mengatakan jumlah partisipasi pemilih secara presentase dibandingkan dengan jumlah surat suara sangat baik. Namun ada beberapa kendala yang dihadapi PPLN London seperti pendataan pemilih terutama bagi mahasiswa yang baru datang ke Inggris untuk menuntut ilmu setelah Daftar Pemilih Tetap (DPT) ditetapkan.

"PPLN telah mendata DPT sebanyak 1.622 pemilih dengan 90 persen adalah mahasiswa," katanya. Kendala kedua, kata Denny, banyak turis atau yang sedang dalam kunjungan singkat ke London datang di hari pemilihan dan hendak memilih.

Sementara, mereka sudah terdaftar di DPT di Indonesia. "Sesuai dengan ketentuan KPU RI, bahwa pemilih yang sudah terdaftar di Tanah Air harus memproses pindah memilih paling lambat H-7 jika memenuhi sembilan alasan pindah memilih sesuai ketentuan," kata Denny.  

"Maka jika datang pada hari pemungutan suara akan ditolak oleh panitia karena berpotensi pemilih ganda," tambahnya. Kendala ketiga, lanjut Denny, gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sebagai lokasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) tidak mencukupi untuk dapat melayani jumlah WNI yang mempunyai hak untuk memilih.

"Untuk itu PPLN London melakukan beberapa inovasi, pertama, memecah lokasi pemilihan di London dan Manchester sehingga masyarakat di luar London dapat memilih tanpa harus ke London; kedua, karena gedung KBRI yang tidak besar kapasitasnya maka lokasi TPS dilaksanakan diluar KBRI dengan menyewa gedung, hotel Holiday Inn di Manchester dan stadion KIA Oval di London," kata Denny. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement