REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Komisioner Hak Asasi Manusia PBB Volker Turki mengungkapkan kekhawatiran mengenai serangan darat Israel ke Rafah. Turk mengatakan dapat dibayangkan apa yang akan terjadi bila rencana serangan itu tidak dihentikan.
"Potensi serangan militer penuh ke Rafah, di mana sekitar 1,5 juta warga Palestina berkerumun di perbatasan Mesir tanpa ada tempat untuk melarikan diri, sangat menakutkan, mengingat prospek sejumlah besar warga sipil, yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, kemungkinan besar akan terbunuh dan terluka," kata Turk dalam pernyataan seperti dikutip Aljazirah, Senin (12/2/2024).
Kelompok-kelompok hak asasi manusia juga memperingatkan serangan skala penuh ke Rafah yang kini relatif aman dibandingkan tempat lain di Jalur Gaza akan menimbulkan banyak korban jiwa. Lebih dari setengah populasi Gaza berdesak-desakan di Rafah untuk menghindari pengeboman Israel yang mengubah pemukiman rakyat Palestina itu menjadi puing-puing.
Sebagian besar orang-orang terpaksa mengungsi ke Rafah akibat serangan Israel merupakan warga utara, tengah dan timur Gaza. Hamas yang menguasai Gaza memperingatkan serangan darat Israel ke Rafah akan membahayakan negosiasi gencatan senjata dan pertukaran sandera dan tahanan.
Pihak berwenang Palestina mengatakan serangan Israel ke Jalur Gaza sejak empat bulan yang lalu sudah menewaskan lebih dari 28.340 orang Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Pengeboman Israel juga memaksa 80 persen warga Gaza mengungsi.
Israel menggelar serangan sebagai balasan atas serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Israel mengklaim Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik 240 lainnya dalam serangan tersebut.