Jumat 16 Feb 2024 07:24 WIB

Dilema Pengusaha Warteg di Tengah Naiknya Harga Beras

Pengusaha mengakali kenaikan harga beras dengan mengurangi porsi nasi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolandha
Kenaikan harga beras turut memunculkan dilema bagi para pengusaha rumah makan dan warteg.
Foto: Jaga Lilin
Kenaikan harga beras turut memunculkan dilema bagi para pengusaha rumah makan dan warteg.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini, harga beras yang terus naik kian menjadi sorotan. Kenaikan harga beras ini turut memunculkan dilema bagi para pengusaha rumah makan dan warteg.

"Naik harga beras ini sudah hampir dua pekan ya," ujar pengusaha warteg, Indra Khairuddin, kepada Republika.co.id pada Kamis (15/2/24).

Baca Juga

Indra mengungkapkan bahwa dia biasanya dia membeli beras berukuran lima kilogram dengan harga di bawah Rp 70 ribu. Akan tetapi, harga beras tersebut kini naik menjadi Rp 75 ribu.

Hal serupa juga berlaku untuk beras karungan berukuran 50 kilogram. Beras yang biasanya dibeli oleh Indra dengan harga Rp 520 ribu itu kini dijual dengan kisaran harga Rp 600-700 ribu.

Tak hanya harga beras yang naik, Indra juga mengeluhkan keterbatasan stok beras yang biasa dia gunakan. Keterbatasan stok ini membuat penjual beras enggan untuk menjual beras secara karungan atau dalam jumlah besar. Indra mengungkapkan bahwa penjual beras kini lebih memilih untuk menjual beras secara eceran.

"Biasanya di warteg tuh bayar (karung beras) pertama setelah (mendapatkan) kiriman karung yang kedua. Sekarang mereka nggak mau. (Harus) cash semua. Lumayan buat cashflow warteg, keganggu banget," terang Indra.

Dengan harga beras yang naik dan stok yang terbatas, Indra mengaku cukup kebingungan sebagai pengusaha warteg. Di satu sisi, banyak pelanggannya yang berasal dari kelompok masyarakat menengah ke bawah. Mereka umumnya menginginkan porsi nasi yang lebih banyak ketika bersantap di warteg.

"Kalau mau kasih beras yang kualitas di bawahnya juga pelanggan ngga mau," lanjut Indra.

Di sisi lain ia tidak menaikkan....

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement