REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Dalam agama Islam, wanita yang sedang haid dan nifas, dilarang untuk berpuasa dan melaksanakan shalat. Tidak hanya itu, mereka juga dilarang untuk memegang atau menyentuh kitab suci Alquran.
Menurut Muhammad Utsman Al Khasyt dalam bukunya Fikih Wanita Empati Mazhab mengatakan, sudah seyogianya dalam berinteraksi dengan Kalamullah dilakukan dengan cara dan perlakuan yang mencerminkan keagungan dan kemuliaannya. Karena itu, tidak diperkenankan bagi wanita haid untuk menyentuh mushaf jika memang tidak diperlukan dan tidak mendesak keadaannya, hingga dia suci.
Allah Swt berfirman:
إِنَّهُۥ لَقُرْءَانٌ كَرِيمٌ فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ
"Sesungguhnya al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan." (QS. al-Waaqi'ah ayat 77-79).
Dalam ayat yang mulia ini, Allah Swt mengisyaratkan dengan uslub yang tidak langsung mengarah kepada hukum menyentuh mushaf. Logikanya, jika Alquran yang terpelihara itu tidak boleh disentuh di langit kecuali oleh para hamba-hamba yang disucikan, maka tentu lebih ditekankan lagi bahwa seyogianya di bumi ini tidak ada para penduduk bumi yang menyentuhnya kecuali mereka yang disucikan. Apalagi Nabi Muhammad Saw telah bersabda (sebagaimana tertulis) dalam sebuah surat yang beliau tujukan kepada Amr bin Hazm:
"Hendaknya tidak ada yang menyentuh Alqur'an kecuali orang yang dalam kondisi suci.” (HR. Malik, Thabrani, dan imam lainnya).
Namun jika keadaannya memang diperlukan atau darurat bagi wanita haid atau wanita nifas untuk menyentuh mushaf, seperti seorang wanita yang tengah mengajar atau mempelajarinya atau takut lupa akan hafalannya, maka dibolehkan baginya untuk menyentuh mushaf Alqur’an tersebut.