Selasa 27 Feb 2024 11:29 WIB

Petani Kalbar Pelajari Strategi Percepatan PSR Sawit Riau

Kerja sama perusahaan dan petani tentu akan berhasil ketika ada roh kebersamaan.

Red: Budi Raharjo
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) serta pengurus sejumlah koperasi produsen sawit Kalimantan Barat yang menaungi ratusan petani sawit di wilayahnya mempelajari pola kemitraan yang dilangsungkan PTPN IV PalmCo Regional 3 Provinsi Riau.
Foto: PTPN Group
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) serta pengurus sejumlah koperasi produsen sawit Kalimantan Barat yang menaungi ratusan petani sawit di wilayahnya mempelajari pola kemitraan yang dilangsungkan PTPN IV PalmCo Regional 3 Provinsi Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) serta pengurus sejumlah koperasi produsen sawit Kalimantan Barat yang menaungi ratusan petani sawit di wilayahnya mempelajari pola kemitraan yang dilangsungkan PTPN IV PalmCo Regional 3 Provinsi Riau. Dalam kegiatan yang berlangsung selama tiga hari itu, mereka berinteraksi langsung dengan ratusan petani mitra perusahaan di Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, serta Kabupaten Siak.

"Kami berharap keberhasilan yang diraih di sini bisa diterapkan di Kalbar. Setidaknya ada empat pilar penting yang kami pelajari dari sini yang nanti bisa kami bawa pulang ke Kalimantan," kata Ketua Bidang Advokasi, Humas, dan Promosi Aspekpir Kalimantan Barat, Mei Irmoko, di Pekanbaru, dalam keterangan tertulisnya Selasa (27/2/2024).

Pertama, Mei mengungkapkan, kebijakan kemitraan dengan pola manajemen tunggal atau single management. Pola tersebut menjadi kunci sukses program peremajaan sawit rakyat (PSR) yang dilaksanakan PTPN IV PalmCO Regional 3 Riau di berbagai kabupaten Provinsi Riau.

Melalui pola tersebut, kultur teknis petani mitra akan setara dengan standar tinggi perusahaan. Mulai dari penumbangan sawit renta, pemanfaatan bibit sawit unggul bersertifikat, proses penananman, pemupukan, hingga pemeliharaan untuk diterapkan di areal peremajaan sawit masyarakat.

Pendekatan tersebut kian lengkap dengan pola off taker atau pendampingan perusahaan kepada petani selama proses peremajaan sawit berlangsung. Salah satu wujud pola tersebut adalah skema cash for works untuk para petani mitra sehingga para petani tetap mendapatkan penghasilan selama peremajaan berlangsung.

Selanjutnya, PTPN IV juga menawarkan program penyediaan bibit sawit unggul bersertifikat, pendamping, pelatihan kepada para petani. "Sehingga ini mampu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan petani dalam mewujudkan perkebunan berkelanjutan," katanya.

Secara umum, Mei menjelaskan persoalan kemitraan di Riau tidak jauh berbeda dengan Kalimantan. Namun, pendekatan yang dilaksanakan Regional 3 memberikan hasil yang jauh lebih baik.

"Kerja sama antara perusahaan dan petani tentu akan berhasil ketika rohnya ada. Roh kebersamaan itu butuh rasa saling mendukung, saling membantu, saling menguatkan. Tidak bisa berdiri sendiri," tuturnya.

SEVP Operation PTPN IV PalmCo Regional 3 Arief Subhan Siregar menjelaskan kunjungan studi banding ini merupakan realisasi dari Workshop PTPN Untuk Sawit Rakyat yang digelar di Pontianak, beberapa waktu lalu. Kegiatan yang diinisiasi Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa ini dihadiri Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alamsyah, PJ Gubernur Kalbar Harrison, Dirut Holding Perkebunan Nusantara III Persero serta ratusan petani sawit.

Arief mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk merangkai kepercayaan serta memperkuat kemitraan petani dan PTPN IV Regional 5 Kalimantan. Jika ditelusuri ke belakang, karateristik Riau dan Kalimantan sebenarnya sama. 

"Namun kita sepakat untuk membuka lembaran baru. Kita bentuk pola kemitraan kembali sehingga saling percaya, saling mendukung, saling membutuhkan itu tercapai," ujar Arief.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement